Mengenal 5 Alat Musik Tradisional Gorontalo yang Khas dan Unik

Telusur! Berkenalan dengan 5 alat musik tradisional Gorontalo yang khas dan unik! Begitu juga sembari mengenal lebih jauh sekilas tentang sejarah Gorontalo. Menarik!


Setiap daerah dari Indonesia hampir pasti memiliki ciri khas dan kebudayaannya sendiri-sendiri.

Sebelumnya, kita telah membahas secara tuntas kebudayaan alat musik tradisional Maluku, Sulawesi Utara, dan sekitarnya.

Masih menginjak Pulau Sulawesi, kali ini kita akan berpelesiran ke Kota atau Provinsi Gorontalo yang unik dan khas.

Gorontalo memiliki aneka ragam kebudayaan lokal. Kebudayan tersebut antara lain mulai dari kesenian tari, lagu daerah, alat musik tradisional, adat-istiadat, upacara, rumah adat, hingga pakaian adat.

Nah, pada postingan kali ini kita bakal membahas tentang alat musik Gorontalo yang khas beserta sejarah singkat daerah tersebut.


Baca juga: Berkenalan dengan 13 Alat Musik Tradisional Maluku dan Maluku Utara


Alat Musik Tradisional Gorontalo

1. Alat Musik Polopalo

alat musik polopalo
gpswisataindonesia.wordpress.com

Polopalo merupakan alat musik tradisional Gorontalo berjenis idiofon, yaitu jenis alat musik yang suaranya bersumber dari badan alat musik itu sendiri.

Artinya, ketika alat musik Polopalo tersebut dipukul, maka Polopalo akan menghasilkan bunyi dari bergetarnya badan Polopalo itu sendiri.

Bahan utama dalam pembuatan Polopalo adalah bambu. Dengan dibuat sedemikian rupa hingga bentuknya menyerupai garputala raksasa.

Cara memainkan alat musik ini dengan memukulkan badan Polopalo pada salah satu anggota tubuh pemain, seperti lutut.

Namun pada perkembangannya, Polopalo mengalami penyempurnaan pada beberapa hal, salah satunya kini telah dibuat alat pemukul dari kayu yang dilapisi karet agar mempermudah dan membantu dalam permainan Polopalo.

Alat musik ini dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu Polopalo tradisional dan Polopalo modern.

Bedanya, jika Polopalo zaman dahulu dimainkan secara solo atau sendiri, sedangkan Polopalo modern dimainkan berkelompok dengan menggunakan komposisi dan aransemen.

Teknik memainkannya pun berbeda.

Polopalo tradisional dimainkan dengan memukulkan alat musik tersebut ke pemukul dan ke bagian anggota tubuh pemain, yaitu lutut, secara beraturan. Sedangkan Polopalo modern dimainkan dengan memukulkannya ke pemukul saja.

Meski begitu, teknik permainan Polopalo modern jauh lebih menuntut kemampuan ritme dan musikalitas pemain guna menyesuaikan dengan komposisi dan aransemen yang digunakan pada alat musik Polopalo.

Dahulu, Polopalo biasanya digunakan hanya pada momen-momen penting menurut masyarakat Gorontalo.

Misalnya pada momen panen raya, tradisi memainkan Polopalo dilaksanakan sebagai perayaan dan ungkapan rasa syukur atas hari yang spesial tersebut.

2. Alat Musik Ganda (Gendang Gorontalo)

alat musik gorontalo
wadaya.rey1024.com

Alat musik Ganda begitu khas dengan masyarakat Sulawesi, terutama Sulawesi Tengah dan Gorontalo.

Ganda merupakan alat musik pukul seperti gendang, dengan bentuk yang lebih mirip alat musik Tifa dari Papua namun dengan ukuran lebih kecil dan ramping.

Pada bagian kedua sisi Ganda dilapisi kulit binatang sebagai tempat tabuh.

Ganda, atau juga biasa dikenal dengan Kanda, merupakan alat musik yang tergolong mudah untuk dipelajari oleh orang awam sekalipun.

Suara yang dihasilkan juga bergantung dari bagaimana teknik pukulan dan kelihaian sang pemain dalam memainkan alat musik Ganda.


Baca juga: Mengenal 7 Alat Musik Tradisional Sulawesi Barat, Eksotis!


3. Gambusi, Gambus ala Gorontalo

gambus gorontalo
infopublik.id

Gambus mungkin sudah tidak asing lagi bagi kita karena keberadaannya sudah tersebar di mana-mana.

Alat musik ini begitu erat kaitannya dengan sejarah proses penyebaran agama Islam di Nusantara.

Alat musik Gambus memang berasal dari kebudayaan Timur Tengah yang yang dibawa para saudagar Arab pada masa itu.

Wilayah Gorontalo kerap dijuluki sebagai “Serambi Madinah”. Hal ini disebabkan karena kuatnya pengaruh budaya Timur Tengah (termasuk agama Islam) pada masa silam di wilayah ini.

Sebagaimana pengaruh Islam juga begitu kuat mengakar di Aceh, sehingga wilayah tersebut dijuluki “Serambi Mekkah”.

Di Gorontalo, alat musik Gambus lebih familiar dengan sebutan ‘gambusi’.

Di sana juga ada seorang maestro musik Gambus yang cukup terkenal bernama Risno Ahaya.

Dilengkapi dengan 9 senar, alat musik Gambus ala Gorontalo ini dimainkan dengan cara dipetik seperti gitar. Suara yang dihasilkan memiliki karakter yang khas dan cocok dengan kebudayaan setempat.

Biasanya, alat musik Gambus tidak dimainkan sendiri, melainkan dengan dibarengi alat musik khas lainnya, seperti Rebana Wahulo dan alat musik khas Gorontalo lainnya.

4. Alat Musik Marwas

marwas
tradisikita.my.id

Marwas adalah alat musik pukul tradisional, dimainkan dengan ditepuk pada bagian membran yang terbuat dari kulit binatang.

Alat musik ini juga termasuk dalam keluarga alat musik perkusi karena tidak memiliki nada, sehingga kurang cocok jika dimainkan secara solo.

Lagu-lagu yang diiringi dengan alat musik Marwas umumnya berupa puji-pujian kepada Sang Pencipta.

Marwas juga diyakini merupakan bagian dari alat musik tradisional yang dioadopsi dari kebudayaan Timur Tengah yang dibawa oleh para saudagar pada masanya.

5. Wahulo, Rebana ala Gorontalo

wahulo
beritabarudotcom.blogspot.com

Wahulo adalah jenis alat musik tradisional seperti rebana, dimainkan dengan cara dipukul menggunakan tangan.

Wahulo juga memiliki bentuk yang mirip dengan rebana pada umumnya, meski ada sedikit perbedaan yang membuat alat musik Wahulo lebih khas.

Wahulo merupakan alat musik tradisional yang berasal dari Kabupaten Gorontalo.

Yang membedakan antara Wahulo dan alat musik rebana pada umumnya adalah pada pengikat kulit di bagian pinggir alat musik ini menggunakan rotan yang dianyam lebih rapat.

Rupanya, alat musik ini tidak hanya digunakan sebagai pengiring musik marawis atau gambus di wilayah Gorontalo saja, namun juga di beberapa daerah Jawa.

Bahkan, popularitas Wahulo buatan masyarakat Gorontalo ini sudah merambah ke pasar Eropa.

Harga satuan Wahulo Gorontalo ini dipatok antara 1,5 juta hingga 4 juta rupiah, tergantung besar kecilnya ukuran Wahulo.

Meski begitu, populasi pengrajin alat musik tradisional Wahulo khas Gorontalo ini sudah mulai jarang.


Baca juga: Mengenal 15 Alat Musik Tradisional Sulawesi Utara, Menarik!


Sekilas Tentang Gorontalo

alat musik tradisional gorontalo
wikipedia

Gorontalo awalnya adalah sebuah kota tua di Pulau Sulawesi yang lahir pada Kamis, 18 Maret 1728.

Tepat pada tanggal 16 Februari 2001, Kota Gorontalo secara resmi ditetapkan menjadi ibukota Provinsi Gorontalo yang baru saja terbentuk dari hasil pemekaran (UU Nomor 38 Tahun 2000 Pasal 7).

Kota dengan luas wilayah 66,25 km² ini memiliki jumlah penduduk sebanyak 180.127 (data SP 2010) dengan tingkat kepadatan penduduk 2.718 jiwa/km².

Kota Gorontalo memiliki slogan “Adat Bersendikan Syara’, Syara’ Bersendikan Kitabullah” sebagai pandangan hidup masyarakat yang memadukan antara adat dan agama.

Gorontalo merupakan salah satu kota tua di Sulawesi di samping kota Makassar, Pare-Pare, dan Manado.

Gorontalo pada masa itu menjadi salah satu pusat dakwah Islam di Indonesia Timur: Ternate, Gorontalo, Bone.

Seiring dengan penyebaran agama Islam, Gorontalo menjadi pusat pendidikan dan perdagangan masyarakat di wilayah sekitar, seperti Bolaang, Mongondow, Buol Toli-Toli, Luwuk Banggai, Donggala, bahkan hingga Sulawesi Tenggara.

Hal itu karena letak Kota Gorontalo yang strategis menghadap Teluk Tomini (bagian selatan) dan Laut Sulawesi (bagian utara).

Pada mulanya, Kerajaan Gorontalo berada di Kelurahan Hulawa, Kecamatan Telaga sekarang, tepatnya di pinggiran sungai Bolango.

Pada tahun 1024 H, menurut penelitian, kota kerajaan ini kemudian dipindahkan ke Kelurahan Tuladenggi Kecamatan Dungingi.

Di masa Pemerintahan Sultan Botutihe, kota kerajaan ini kemudian dipindahkan lagi ke satu lokasi yang terletak antara dua kelurahan, yaitu Kelurahan Biawao dan Kelurahan Limba B.

Kerajaan Gorontalo juga merupakan salah satu dari lima daerah yang membentuk serikat kekeluargaan yang dikenal U Duluwo Limo Lo Pohala’a.

Tahun 1824, seluruh daerah U Duluwo Limo Lo Pohala’a ini berada di bawah kekuasaan seorang asisten Residen.

Tahun 1889, sistem pemerintahan kerajaan kemudian dialihkan ke pemerintahan langsung yang dikenal dengan istilah Rechtatreeks Bestur.

Pada tahun 1911, kembali terjadi perubahan dalam struktur pemerintahan dan daerah Kota Gorontalo berada di daerah Onder Afdeling Gorontalo.

Berlanjut pada 1920, terjadi perubahan lagi menjadi Distrik Gorontalo. Pada tahun 1922, Wilayah Kota Gorontalo ditetapkan menjadi daerah Afdeling Gorontalo.

Kota Gorontalo juga menjadi tempat peristiwa Hari Patriotik 23 Januari 1942 yang diusung oleh Nanu Wartabone.

Perjuangan patriotik ini menjadi tonggak kemerdekaan bangsa Indonesia dan memberi imbas dan inspirasi bagi wilayah-wilaya sekitarnya, bahkan hingga skala nasional.

Sebelum terbentuknya Provinsi Gorontalo, Kota Gorontalo merupakan bagian dari Provinsi Sulawesi Utara.

Gorontalo berupa sebuah kotapraja yang berdiri secara resmi sejak tanggal 20 Mei 1960, kemudian berubah menjadi kotamadya Gorontalo pada 1965.

Istilah ‘kotamadya’ Gorontalo ini tetap dipakai sampai tahun 1999.

Berikutnya, sejak diberlakukan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, di mana istilah ‘kotamadya’ sudak tidak lagi dipakai, digantikan dengan istilah ‘kota’, maka Gorontalo pun menyesuaikan menjadi Kota Gorontalo hingga kini.

Referensi:

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *