Biografi Basuki Abdullah, Maestro Lukis Indonesia yang Mendunia

Sebuah pemaparan lengkap dan padat mengenai biografi Basuki Abdullah, seorang maestro lukis beraliran Naturalis dan Realis. Menarik!


Sisi lain dari Basuki Abdullah, selain seorang pelukis, ia juga pandai menari dan sering tampil dengan tarian wayang wong sebagai Rahwana atau Hanoman.

Tak cuma budaya Jawa dimana ia berasal, ia juga menggemari komposisi-komposisi Franz Schubert, Beethoven, dan Paganini, dengan demikian wawasan Basuki sebagai seorang seniman cukup luas dan tidak jawasentris.

Sisi lain dari Basuki, ia merupakan seorang yang humoris. Melihat dari berbagai koleksi pribadinya berupa mainan tikus-tikusan, laba-laba, atau ular-ularan untuk menggoda orang-orang yang dikenalnya.

Menarik, inilah biografi Basuki Abdullah yang telah kita rangkum secara padat dari sumber-sumber yang terpercaya.


Baca juga: Biografi Affandi Koesoema – Maestro Lukis Indonesia yang Mendunia


Profil Basuki Abdullah

Nama
Basuki Abdullah

Tempat Lahir
Surakarta, Hindia Belanda

Tanggal Lahir
27 Januari 1915

Wafat
5 November 1993

Profesi
Seniman

Nama Ayah
Abdullah Suriosubroto

Nama Ibu
Raden Nganten Ngadisah

Istri

  1. Josephine
  2. Maria Michel
  3. Nataya Nareerat

Anak

  1. Saraswati
  2. Cecillia Sidhawati

Baca juga: Biografi Raden Saleh – Pelopor Seni Lukis Modern Indonesia


Lebih dekat dengan Basuki

basoeki abdullah
validnews

Fransiskus Xaverius Basuki Abdullah dilahirkan di Desa Sriwidari, Surakarta, Jawa Tengah yang di masa itu masih di bawah kekuasaan Hindia Belanda, pada 27 Januari 1915. Lahir dari pasangan Abdullah Suriosubroto dan Raden Nganten Ngadisah.

Kakek Basuki merupakan salah satu figur sejarah Kebangkitan Nasional Indonesia, yaitu dokter Wahidin Sudirohusodo.

Ayah Basuki seorang seniman lukis dan penari yang juga merupakan tokoh mooi indieyaitu salah satu aliran lukis yang menggambarkan keindahan pemandangan alam, satu aliran yang sedang berkembang di masa Hindia Belanda.

Tentu profesi sang ayah juga memengaruhi keahlian Basuki. Sejak usia 4 tahun, Basuki mulai menggemari dunia seni. Ia suka menggambar tokoh-tokoh penting seperti Yesus Kristus, Mahatma Ghandi, Rabindranath Tagore, dan lain-lain.

Basuki menghabiskan masa Sekolah Dasar di Hollandsch Inlandsche Scool (HIS), sebuah sekolah tingkat dasar pada zaman kolonial yang diperuntukkan bagi pribumi. Kemudian lanjut ke sekolah menengah di Meer Ultgebried Lager Onderwijs (MULO).

Berkat bantuan Pastur Koch SJ, pada tahun 1933, Basuki memperoleh beasiswa untuk belajar di Academie Voor Beeldende Kunsten (Akademi Seni Rupa) di Den Haag, Belanda.

Basuki menyelesaikan akademinya selama dua tahun lebih dua bulan dengan memperoleh penghargaan Royal International of Art (RIA). Selanjutnya, ia juga mengikuti program semacam studi banding di beberapa sekolah seni rupa di Paris dan Roma.

Pada tahun 1939, karena merasa selama bertahun-tahun hasil karyanya hanya dinikmati oleh orang-orang asing, Basuki menggelar pameran lukis keliling di beberapa kota di Indonesia, seperti Jakarta, Solo, Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Bandung, hingga Medan.

Selama pameran berlangsung, beragam pujian dan kritikan bergilir menghampiri Basuki, namun berbagai pujian dan kritikan itu ia jadikan sebagai dorongan untuk terus berkarya.

Basuki Abdullah dan Keluarga

Selama masa hidupnya, Basuki Abdullah menikah empat kali. Pada tahun 1937, ia menikahi Josephine, seorang gadis Belanda yang dinikahinya di Gereja Katolik Den Haag. Dari Josephine, Basuki dikaruniai seorang anak perempuan bernama Saraswati (1938).

Sayang, pernikahan Basuki dan Josephine tak berlangsung lama dan akhirnya mereka pun berpisah.

Pada tahun 1944, Basuki menikahi Maya Michel, seorang penyanyi seriosa mezzosoprano berbakat. Mereka bertemu lantaran sama-sama seniman. Hubungan mereka pun juga tak lama, pada 1956 merek berdua berpisah.

Pada tahun 1958, Basuki menikah kembali dengan seorang wanita Thailand, Somwang Noi. Pernikahan ini pun pula tak berlangsung lama. Setelah dua tahun, mereka pun berpisah.

Pada tanggal 25 Oktober 1963, Basuki kembali menikah dengan seorang wanita Thailand bernama Nataya Nareerat dan berlangsung hingga akhir hidupnya. Dari Nataya, Basuki dikaruniai seorang putri bernama Cicilia Shidawati.

Aktivitas Basuki Abdullah

aktivitas basoeki
serupa.id

Kiprah Basuki dalam pergerakan revolusi mulai tampak ketika ia bergabung dengan gerakan PUTERA (Pusat Tenaga Rakyat) yang berdiri pada 19 Maret 1943. Dalam gerakan ini, ia bertugas sebagai pengajar seni lukis.

Di antara muridnya, ada Kusnadi (pelukis dan kritikus seni rupa Indonesia) dan Zaini (pelukis impresionisme).

Selain PUTERA, Basuki juga aktif dalam Keimin Bunka Sidhosjo, sebuah pusat kebudayaan milik pemerintah Jepang, bersama dengan Affandi Koesoema, S.Sudjojono, Otto Djaya, dan Basuki Resobawo.

Pada masa kemerdekaan, Basuki tidak berada di tanah air tanpa sebab yang diketahui. Ia bertolak ke Eropa bersama istrinya, Maya Michel dan aktif menggelar pameran di Belanda dan Inggris.

Pada tanggal 6 September 1948, sewaktu penobatan Ratu Yuliana di Amsterdam, Belanda, diadakan sebuah sayembara lukis. Dalam lomba itu, Basuki berhasil mengalahkan 87 pelukis Eropa dan keluar sebagai pemenang.

Sejak itu, Basuki mulai dikenal dunia. Selama di Belanda, Basuki kerap berkeliling Eropa dan berkesempatan mendalami seni lukis dengan menjelajahi Italia dan Perancis dimana para pelukis kelas dunia pada bermukim di sana.

Pengabdian Basuki dalam bidang seni semakin nyata ketika dirinya mendapat panggilan untuk melukis raja, kepala-kepala negara, dan mengadakan pameran hasil karya lukisnya di berbagai negara seperti Singapura (1951), Italia (1955), Portugal dan Inggris (1956), Singapore (1958), Tokyo (1959), Kuala Lumpur (1959), dan Thailand (1960).

Di antara pameran tersebut, yang menonjol pada periode tahun 1950-1960 yaitu pameran yang diadakan di Tokyo, Jepang pada tahun 1959 yang dibuka oleh Pangeran Mikasa, anak Kaisar Hirohito.

Hidup Basuki memang banyak dihabiskan di luar negeri. Ia berkeliling mengadakan pameran lukis di banyak negara. Lebih kurang ada 22 negara yang telah memiliki karya lukis Basuki Abdullah.

Pernah juga Basuki diangkat sebagai pelukis istana kerajaan Thailand dan mendapatkan penghargaan berupa Bintang Penghargaan Poporo dari Raja Bhumibol Aduljadej, sebuah penghargaan tertinggi kerajaan Thailand bagi seorang Royal Court Artist yang memiliki jasa besar kepada pemerintah dan istana.

Basuki Abdullah, Pelukis Raja-Raja

Bhumibol aduljadej
theincidentaltourist.com

Pada tahun 1962, empat tahun setelah dirinya duduk bersama minum teh dengan Ratu Juliana karena memenangkan lomba lukis saat penobatan Ratu Belanda, Basuki berangkat ke Muangthai atas ajakan Surathun Nunnag, sahabatnya yang masih keluarga Raja Bhumibol Aduljadej, Raja Thailand.

Pada mulanya, Raja Aduljadej meminta Basuki agar ia melukisnya, tapi ternyata hasil lukisannya dinilai baik. Sehingga keluarga Raja merasa tertarik dengan hasil lukisan Basuki. Untuk itu, Raja mengharapkan Basuki tetap tinggal di Bangkok, agar sewaktu-waktu  mudah dipanggil untuk melukis.

Permintaan Raja pun diterima dan Basuki memperoleh berbagai fasilitas. Ia diberi rumah di Soi, Ekarmai, Bangkok. Selain itu, ia juga diberi studio lukis di Istana Chitralada. Di Istana Poporo, Basuki

Di Istana Poporo, Basuki menempati posisi yang cukup terhormat. Raja Aduljadej berkenan untuk menggantikan sebagian besar lukisan-lukisan yang dipajang di istana yang dilukis oleh pelukis lain untuk ditukar dengan lukisan-lukisan karya Basuki.

Patut dicatat di sini, lukisan King Rama I-VII merupakan karya pelukis Eropa. Adapun pelukis Indonesia, Basuki Abdullah melukis King Anand Mahidon VIII, Raja Aduljadej dan Ratu Sirikit istrinya, Crown Prince Wachilalongkorn, serta Princess Mother (ibu Raja).

Lukisan-lukisan karya Basuki banyak menghiasi istana Raja, seperti ChakliPalace, Chitralada Palace, dan Pattina Palace.

Mengingat sumbangan dan karya-karya lukis Basuki yang berkenan di hati Raja, maka oleh Raja Aduljadej, Basuki dianugerahi Bintang Penghargaan “Poporo”. Surat penghargaan dari Istana Raja Muangthai pun menunjukkan pengakuan dan bukti betapa tingginya nilai seni dari lukisan-lukisan Basuki.

Pada tahun 1963, Basuki juga turut melukis keuarga pangeran Norodom Sihanouk di Kamboja. Tahun 1968, Presiden Ferdinand Marcos dan Imelda Marcos berkunjung ke Istana Poporo dan Chitralada. Ketika melihat lukisan karya Basuki, Imelda tampak mengaguminya.

Pada tahun 1977, Basuki pergi ke Filipina untuk melukis Presiden Ferdinand Marcos dan Ny. Imelda Marcos. Di tahun 1983, Basuki juga turut melukis Sultan Bolkiah bersama permaisurinya dari Brunei Darussalam. Oleh Sultan Bolkiah, ia dijuluki “Mr. Twenty Minutes”.

Dengan demikian, maka Basuki Abdullah bisa dibilang pelukis raja, sultan maupun presiden dunia.

Basuki Kembali ke Tanah Air

Basuki Abdullah sudah sekian lama tinggal di negeri orang. Tinggal di Eropa, menetap di Muangthai sekitar 13 tahun. Betapapun cantiknya negeri orang, masih lebih cantik negeri sendiri. Akhirnya, Basuki pulang kembali ke Indonesia.

Ada yang bilang, atas saran Adam Malik penyebab Basuki pulang. Tapi kata Nataya, istri Basuki:

“Bapak (maksudnya Basuki Abdullah) sendiri memang kepingin kembali ke Indonesia. Sebab kalau terlalu lama tinggal di Istana (maksudnya istana Raja di Muangthai), orang bisa lupa sama saya”, ujar Nataya Nareerat menirukan kata suaminya.”

Pada tahun 1973, sebelum pulang ke Indonesia, Basuki sempat menggelar sebuah pameran bertajuk “Beautiful Thailand and Indonesia”, bertempat di Dusit Thani Hotel dan diresmikan oleh Raja Bhumibol Aduljadej dan Ratui Sirikit.

Pada tahun 1974, Basuki berangkat pulang ke Indonesia. Setibanya di Jakarta, oleh Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin, ia ditempatkan di tempat kediaman resmi gubernur DKI di Jl. Taman Suripati 1, Jakarta selama tiga bulan.

Ali Sadikin merasa heran, kenapa tanggapan dari seniman dan pelukis terasa dingin tak sesuai dugaan. Sampai ketika Gubernur memperkenalkan Basuki kepada para seniman di Taman Ismail Marzuki, sambutannya pun tampak dingin.

Sehingga Ali Sadikin pun berpikir kenapa dan menanyakan kepada Basuki, di mana dirinya semasa revolusi?

Ternyata Basuki berada di Belanda ketika revolusi terjadi, maka pantas para seniman tampak dingin ketika Basuki datang. Memang mengenai hal ini pernah menimbulkan berbagai pertanyaan di kalangan masyarakat.

Meskipun demikian, bukan berarti seorang Basuki Abdullah idak memiliki rasa nasionalisme dan patriotisme. Dengan cara dan gayanya sebagai seorang seniman, ia bisa berbuat sesuatu untuk mengangkat nama Indonesia melalui profesinya.

Hal itu dibuktikan melalui karya-karyanya yang banyak mengandung nilai-nilai humanisme dan mengangkat latar budaya Indonesia. Ia memang tidak berjuang dengan senjata atau senapan. Namun dengan karya lukisnya, ia berkeliling dunia untuk mendakwahkan nilai-nilai humanisme serta menggalang persahabatan di antara bangsa-bangsa.

Akhir Hayat Basuki Abdullah

museum basoeki abdullah
situsbudaya.id

Basuki Abdullah wafat terbunuh pada usia 78 tahun, pada Jumat 5 November 1993. Ketika itu Basuki tengah memanjatkan doa di kamar pribadinya. Seseorang yang diduga tukang kebunnya sendiri menyusup dan mencoba mencuri koleksi jam tangan kesayangannya.

Setelah terjadi kejar-kejaran, Basuki dipukul menggunakan senjata miliknya sendiri oleh si pencuri. Ia ditemukian oleh pembantunya dalam posisi tertelungkup, tangan yang masih memegang kacamata, disertai wajah dan kepala bersimbah darah.

Berita meninggalnya Basuki Abdullah menjadi tajuk utama di masa itu. Jenazah Basuki kemudian dikebumikan di Desa Mlati, Sleman, Yogyakarta bersanding dengan almarhum kakeknya, dr. Wahidin Sudirohusodo.

Dalam surat wasiatnya, Basuki menyerahkan rumah beserta sebagian karya dan koleksinya untuk negara. Pada tahun 2001 rumah itu disulap menjadi Museum Basoeki Abdullah dengan mempertahankan bentuk asli rumahnya.

Karya-Karya Basuki Abdullah

Basuki Abdullah dikenal sebagai maestro lukis Indonesia dengan aliran realis dan naturalis. Gaya teknis yang digunakan pun juga beragam, romantisisme hingga seni abstrak.

Di sini kita rangkum beberapa karya lukis dan koleksi Basuki Abdullah:

#1. Gunung dan Sawah

Gunung dan sawah
Gunung dan Sawah

#2. Pertempuran Gatotkaca dan Antasena

pertempuran gatutkaca dan antasena
Pertempuran Gatotkaca dan Antasena /kebudayaan.kemdikbud.go,id

Selengkapnya mengenai biografi dan karya-karyanya bisa dikunjungi museum online dalam situs museumbasoekiabdullah.or.id

***


Baca juga: Biografi Cak Nun (Emha Ainun Nadjib) – Intelektual dan Budayawan Indonesia


Alhamdulillah, selesai juga pembahasan kita kali ini tentang maestro kita, Basuki Abdullah. Dari perkenalan, kisah-kisah prestasinya di berbagai negara, sampai membahas karya-karyanya, inilah biografi Basuki Abdullah yang semoga bisa bermanfaat untuk kita!

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *