Sujiwo Tejo merupakan seniman asal Indonesia yang berkarier sebagai dalang wayang, penyanyi, penulis, dan pelukis. Inilah selengkapnya biografi Sujiwo Tejo lengkap.
Kini usianya telah menginjak 58 tahun. Nama Sujiwo Tejo semakin dikenal berkat tahun-tahun terakhir ini kerap diundang di berbagai stasiun televisi. Gaya bicaranya yang senang berkelakar menjadi ciri khas yang menarik dari dirinya.
Ia dikenal sebagai dalang, seniman, penulis, dan sering disebut sebagai budayawan.Karya-karyanya bejibun dari bidang musik, buku, film, sampai lukisan. Maka mari mengenal lebih dalam tentang diri Sujiwo Tejo.
Inilah biografi Sujiwo Tejo yang kita rangkum dari berbagai sumber terpercaya.
Daftar Isi
Profil Sujiwo Tejo
Nama
Agus Hadi Sudjiwo
Nama Panggilan
Sujiwo Tejo
Tempat Lahir
Jember, Jawa Timur
Tanggal Lahir
Jumat, 31 Agustus 1962
Pendidikan
- Jurusan Matematika ITB (1980-1985)
- Jurusan Teknik Sipil ITB (1981-1988)
Profesi
Budayawan, Pelukis, Aktor, Penyanyi, Pencipta lagu, Penulis
Baca juga: Biografi Cak Nun (Emha Ainun Nadjib) – Intelektual dan Budayawan Indonesia
Lebih Dekat dengan Sujiwo Tejo

Sujiwo Tejo dilahirkan di Jember, Jawa Timur, pada 31 Agustus 1962 dengan nama Agus Hadi Sudjiwo. Ia kini dikenal sebagai seorang budayawan dengan aksi dalangnya, juga seorang penulis, pelukis, dan pemusik.
Tejo menempuh pendidikannya di Institut Teknologi Bandung (ITB), namun mundur untuk menekuni karier di dunia seni yang lebih disenanginya. Sempat menjadi wartawan harian Kompas selama 8 tahun, lalu berubah arah menjadi penulis, pelukis, dalang, dan mencipta lagu.
Sejak kecil, Tejo memang sudah belajar mendalang yang merupakan bakat turunan dari sang ayah, Soetedjo.
Dalam aksinya sebagai dalang, Tejo gemar melanggar berbagai pakem yang ada, seperti contohnya: Rahwana diubah wataknya menjadi baik, Pandawa dibuat tidak selalu benar, dan semisalnya. Ia seringkali menghindari pola hitam putih dalam pentasnya.
Mengutip dari situs resmi Sujiwo Tejo, karya dan pentasnya mengajak orang-orang untuk mengenang masa depan, karena masa depan berada di belakang, berada pada akar budaya Indonesia yang ia banggakan.
Keinginan Tejo mengangkat akar budaya Indonesia menghasilkan kepedulian yang tinggi supaya kesenian Indonesia tetap merujuk pada akar budaya tapi diolah dengan metabolisme kreatif sehingga tak menjadi kuno.
Dalam metabolisme itu, seluruh hal yang datang dari luar tetap dicerna. Dengan pendekatan ini, Indonesia juga akan dikenali sebagai negara yang memiliki seni dan budaya yang modern.
Selain itu, tejo juga sempat menjadi sutradara dan bermain sebagai aktor di sejumlah film seperti: Janji Joni dan Detik Terakhir. Ia juga tampil dalam drama teatrikal KabaretJo atau “Ketawa Bareng Tejo”.
Baca juga:
Perjalanan Karier Sujiwo Tejo

Tahun 1980. ketika kuliah di jurusan Matematika dan merangkap dengan jurusan Teknik Sipil yang masuk tahun 1981 di Institut Teknologi Bandung, hasrat berkesenian Sujiwo Tejo mulai berkembang.
Di masa itu, Tejo menjadi penyiar radio kampus, pemain teater, dan mendirikan Ludruk ITB bersama dengan budayawan Nirwan Dewanto. Ia juga menjabat sebagai Kepala Bidang Pedalangan pada Persatuan Seni Tari dan Karawitan Jawa di ITB tahun 1981-1983.
Tejo juga pernah membuat sebuah himne untuk jurusan Teknik Sipil ITB pada Orientasi Studi tahun 1983.
Tejo yang sudah berbakat menanggap wayang kulit semenjak kecil, mulai menciptakan sendiri lakon-lakon wayang kulit sebagai debut profesinya di dunia wayang dengan judul “Semar Mesem” (1994).
Tejo juga menuntaskan 13 episode pertunjukan wayang kulit Ramayana di Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) pada tahun 1996, disusul dengan wayang akapela berjudul “Shinta Obong” dan lakon “Bisma Gugur”.
Pergumulannya dengan komunitas Eksotika Karmawibhangga Indonesia (EKI), memberinya sebuah peluang untuk mengembangkan dirinya secara total di bidang kesenian. Selain mengajar teater di EKI sejak 1997, Tejo juga memberikan workshop teater di beberapa daerah di Indonesia sejak 1998.
Pada tahun 1999, Tejo memprakarsai berdirinya Jaringan Dalang yang memiliki tujuan untuk memberi nafas bagi tumbuhnya nilai-nilai perwayangan dalam kehidupan masyarakat masa kini. Bahkan pada tahun 2004, ia mendalang berkeliling Yunani.
Selain sebagai dalang, pada tahun 1998 Sujiwo Tejo mulai dikenal sebagai penyanyi berkat lagu-lagunya dalam albumnya, “Pada Suatu Ketika”.
Video klip dari album tersebut berhasil meraih penghargaan video klip terbaik pada Grand Final Video Musik Indonesia 1999. Video klip lainnya pun juga sukses memasuki nominasi video klip terbaik untuk Grand Final Video Musik Indonesia tahun 2000. Kemudian disusul album-album berikutnya seperti “Sebuah Ranjang” (1999), “Syair Dunia Maya” (2005), dan “Yaiyo” (2007)
Selain dalang, Tejo juga aktif dalam menggelar atau berpartisipasi dalam pertunjukan teater. Tahun 1999, ia menggelar pertunjukan berkolaborasi dengan koreografer Rusdy Rukmarata bartajuk “Laki-Laki” di Gedung Kesenian Jakarta dan Teater Utan Kayu.
Tejo juga tampil sebagai dalang dalam pementasan EKI Dancer Company yang bertajuk “Lover and Liars” di Balai Sarbini, pada 27-28 Februari 2004. Selain teater, ia juga bermain dan menjadi sutradara film.
Tejo juga menggarap musik yang dipergunakan untuk pertunjukan musikal berjudul “Battle of Love-when love turns sour”, yang berlangsung pada 31 Mei sampai 2 Juni 2005 di Gedung Kesenian Jakarta.
Hasil dari pertunjukan kolaborasi antara Rusdy Rukmarata dan Sujiwo Tejo ini akan digunakan untuk membiayai program pendidikan dan pelatihan bagi anak-anak putus sekolah yang dikelola oleh Yayasan Titian Penerus Bangsa.
Pada tanggal 1 dan 2 Juli 2006, Tejo menjadi sutradara dalam drama musikal yang berjudul “Pangeran Katak dan Puteri Impian” yang diadakan di Jakarta Convention Center.
Pertunjukan Wayang
- Mendalang keliling Yunani (2004)
- Menggelar wayang acapella dengan lakon “Pembakaran Shinta” di Pekan Budaya VIII Universitas Parahyangan Bandung dan Pusat Kebudayaan Perancis Jakarta (1999)
- Membentuk Jaringan Dalang, bersama para dalang alternatif (1999)
- Menyelesaikan 13 episode Ramayana di Televisi Pendidikan Indonesia (1994)
- Mendalang wayang kulit sejak anak-anak dan mulai mencipta sendiri
- lakon-lakon wayang kulit sebagai awal profesinya di dunia wayang dengan judul: Semar Mesem (1994)
Panggung Teater
- Dongeng Cinta Kontemporer II – Sujiwo Tejo “Kasmaran Tak Bertanda” (Sutradara, aktor, dalang), Gedung Kesenian Jakarta, (13 – 14 November 2009)
- Pagelaran Loedroek tamatan ITB ”MARCAPRES” (Sutradara dan Pemain), Gedung Kesenian Jakarta (28 Juni 2009)
- Dongeng Cinta Kontemporer I – Sujiwo Tejo “Sastrajendra Hayuningrat Panguwating Diyu” (Sutradara, aktor, dalang), Gedung Kesenian Jakarta (28 – 29 Mei 2009)
- Pementasan Pengakuan Rahwana (Sutradara, aktor, dalang), Gedung Kesenian Jakarta (6 Desember 2008)
- Pementasan ludruk dengan lakon “Déjà vu De Java” di Auditorium Sasana Budaya Ganesa, (30 November 2008)
- Pentas Semar Mesem, Gedung Kesenian Jakarta, 2007.
- Freaking Crazy You (Sutradara) Gedung Kesenian Jakarta, 2006.
- Battle of Love (Sutradara), Gedung Kesenian Jakarta, 2005.
- Pentas Kolosal Pangeran Pollux (Sutradara), JHCC, 2006.
- Pentas Kolosal Pangeran Katak (Sutradara), JHCC, 2005.
- “Laki-laki”, Gedung Kesenian Jakarta dan Teater Utan Kayu, 1999; kolaborasi dengan koreografer Rusdy Rukmarata.
- “Belok Kiri Jalan Terus”, Gedung Kesenian Rumentang Siang Bandung, 1989; untuk mas kawin pernikahannya
Karya-Karya Sujiwo Tejo
Sujiwo Tejo telah melalangbuana di berbagai bidang seni. Berpindah dari petunjukan wayang menuju panggung teater, dari menjadi musisi merangkap sebagai aktor dan sutradara, dikenal sebagai budayawan, seniman, sekaligus penulis.
Di sini kita rangkum karya-karya Sujiwo Tejo dari berbagai bidang seni.
Musik
Album
- Album Presiden Yaiyo (2007 )
- Album Syair Dunia Maya (2005)
- Album Pada Sebuah Ranjang (1999)
- Album Pada Suatu Ketika (1998)
Karier Musik dan Penghargaan
- Menjadi nominator Most Wanted Male yang digelar MTV Asia (1999)
- Mengisi acara Sastra Humor di Radio Sponsor of the literature of humor in Continental FM Radio, Radio Estrelita Radio and Radio Ardan Radio di Bandung (1986 – 1991)
- Membuat hymne jurusan Teknik Sipil ITB pada Orientasi Studi (1983)
- Tinjuan kebudayaan di Iran sambil muter film Kafir (1983)
- Menata musik untuk berbagai pementasan teater di Bandung, seperti Studi Teater Mahasiswa ITB dan Gelanggang Seni Sastra Teater dan Film Universitas Padjadjaran, dekade 80-an (1983)
- Juara I dalam Festival Lagu Rakyat se Karesidenan Besuki di Bondowoso (1979)
- Juara II dalam Festival Lagu Rakyat se-Karesidenan Besuki di Jember (1978)
Filmografi
Sebagai Aktor
- Telegram (2001)
- Kafir (2002)
- Kanibal – Sumanto (2004)
- Detik Terakhir (2005)
- Janji Joni (2005)
- Kala (2007)
- Hantu Aborsi (2008)
- Barbi3 (2008)
- Kawin Laris (2009)
- Capres (Calo Presiden) (2009)
- Sang Pencerah (2010)
- Tendangan dari Langit (2011)
- Semesta Mendukung (2011)
- Sampai Ujung Dunia (2012)
- Soekarno (2013)
- Guru Bangsa: Tjokroaminoto (2015)
- Kafir: Bersekutu dengan Setan (2018)
- Kucumbu Tubuh Indahku (2019)
Sebagai Sutradara
- Bahwa Cinta Itu Ada (2010)
- Dokumenter Empu Keris di Jalan Padang (2007)
- Dokumenter Apank Sering Lupa (2006)
- Dokumenter Kisah dari Mangarai (2005)
Sinetron
- Dari Sujud Kesujud (2011)
Buku
- Kelakar Madura buat Gus Dur (Yogyakarta, Lotus, 2001)
- Dalang Edan (Aksara Karunia, 2002)
- The Sax (Eksotika Karmawibhangga Indonesia, 2003)
- Ngawur Karena Benar (Penerbit Imania, Februari, 2012)
- Jiwo Jancuk (GagasMedia, Juni 2012)
- Lupa Endonesa (Bentang, September 2012)
- Republik Jancukers (Kompas, Desember 2012)
- Dalang Galau Ngetwit (Imania, Februari 2013)
- Kang Mbok: Sketsa Kehidupan Sri Teddy Rusdy (Komunitas Bambu, Desember 2013)
- Lupa Endonesa Deui (Bentang Pustaka, Januari 2014)
- Rahvayana ‘Aku Lala Padamu’ (Bentang Pustaka, Mei 2014)
Karya Lukis
Baca juga: Biografi Raden Saleh – Pelopor Seni Lukis Modern Indonesia
#1. Semar dan Karno Tanding

#2. Semar Misah Jago

#3. Telor Pecah Semar

Karya lukis Sujiwo Tejo selengkapnya…
***
Baca juga: Biografi Affandi Koesoema – Maestro Lukis Indonesia yang Mendunia
Sekian postingan kali ini yang membahas biografi Sujiwo Tejo, seniman edan presiden Jancukers. Usianya yang kian senja tak menghalanginya untuk tetap berkarya. Sehat selalu mbah Tejo..
Semoga menginspirasi!