Menghimpun kumpulan puisi karya Sapardi Djoko Damono paling menyentuh.
Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono, sastrawan kebanggaan Indonesia yang dikenal dengan tulisan-tulisannya yang sederhana namun mengandung makna yang sama sekali tidak sederhana.
Orang-orang sudah mengenalnya sebagai sastrawan sebelum dirinya masuk kuliah. Salah satu sajaknya yang ia buat waktu 17 tahun sudah dijadikan sebagai sajak wajib pada pertemuan Kesenian Nasional Indonesia sampai tiga kali.
Usianya kini 79 tahun, lahir 20 Maret 1940. Meski usianya telah memasuki masa-masa pensiun, ia masih tetap aktif menulis dan mengajar di program pascasarjana Institut Kesenian Jakarta.
Baca juga: Kumpulan Contoh Puisi mBeling dari Seniman dan Penyair Ternama
Kumpulan Puisi dari Sang Maestro

Pemilihan kata yang sederhana, namun memiliki makna yang mendalam. Butuh berapa kali pengulangan untuk bisa memahami kata-kata sang maestro walaupun sebenarnya ia bilang bahwa puisi bukan untuk dipahami, tapi dihayati.
Dalam puisinya, ia seringkali menggunakan nuansa alam untuk menghidupkan kata demi kata. Hujan, alam, daun, bunga, pagi, dan malam tak lepas dari perhatiannya sebagai inspirasi. Ia katakan:
“Perkara alam, zaman dulu memang tidak ada apa-apa kan? Saya kenal alam di situ, karena tempat tinggal saya di desa dan keluar masuk kampung bersama seorang teman yang akrab pada masa dulu. Jadi saya betul-betul memerhatikan alam.”
Puisi-puisinya juga telah banyak dijadikan objek musikalisasi puisi yang sebagian oleh mantan-mantan mahasiswanya di UI seperti Ags Arya Dipayana, Umar Muslim, Tatyana Soebianto, Reda Gaudiamo, dan Ari Malibu sehingga menjadikannya semakin populer di kalangan anak muda.
Jika kamu tertarik atau menggemari dunia sastra, maka kumpulan puisi karya Sapardi Djoko Damono ini tak semestinya dilewatkan. Selamat terenyuh!
Baca juga: Kumpulan Puisi Pendek dari Para Penyair Terkenal yang Menginspirasi
Daftar Isi
#1. Aku Ingin
Aku Ingin
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abuAku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada1989
#2. Hatiku Selembar Daun
Hatiku Selembar Daun
Hatiku selembar daun
melayang jatuh di rumput;Nanti dulu,
biarkan aku sejenak terbaring di sini;
ada yang masih ingin kupandang,
yang selama ini senantiasa luput;Sesaat adalah abadi
sebelum kausapu tamanmu setiap pagi.
#3. Hujan Bulan Juni
Hujan Bulan Juni
tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan Juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itutak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan Juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itutak ada yang lebih arif
dari hujan bulan Juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu
#4. Yang Fana Adalah Waktu

Yang Fana Adalah Waktu
Yang fana adalah waktu. Kita abadi memungut detik demi detik, merangkainya seperti bunga
sampai pada suatu hari
kita lupa untuk apa
“Tapi, yang fana adalah waktu, bukan?” tanyamu.
Kita abadi.1978
#5. Pada Suatu Hari Nanti
Pada Suatu Hari Nanti
Pada suatu hari nanti,
Jasadku tak akan ada lagi,
Tapi dalam bait-bait sajak ini,
Kau tak akan kurelakan sendiri.Pada suatu hari nanti,
Suaraku tak terdengar lagi,
Tapi di antara larik-larik sajak ini.Kau akan tetap kusiasati,
Pada suatu hari nanti,
Impianku pun tak dikenal lagi,
Namun di sela-sela huruf sajak ini,
Kau tak akan letih-letihnya kucari.
#6. Kuhentikan Hujan
Kuhentikan Hujan
Kuhentikan hujan
Kini matahari merindukanku, mengangkat kabut pagi perlahanAda yang berdenyut dalam diriku
Menembus tanah basah
Dendam yang dihamilkan hujan
Dan cahaya matahari
Tak bisa kutolakMatahari memaksaku menciptakan bunga-bunga
#7. Hanya
Hanya
Hanya suara burung yang kau dengar
dan tak pernah kaulihat burung itu
tapi tahu burung itu ada di sanaHanya desir angin yang kaurasa
dan tak pernah kaulihat angin itu
tapi percaya angin itu di sekitarmuHanya doaku yang bergetar malam ini
dan tak pernah kaulihat siapa aku
tapi yakin aku ada dalam dirimu
#8. Menjenguk Wajah di Kolam
Menjenguk Wajah di Kolam
Jangan kau ulang lagi
menjenguk
wajah yang merasa
sia-sia, yang putih
yang pasi
itu.Jangan sekali-
kali membayangkan
Wajahmu sebagai
rembulan.Ingat,
jangan sekali-
kali. Jangan.Baik, Tuan.
#9. Sajak Kecil Tentang Cinta
Sajak Kecil Tentang Cinta
Mencintai angin harus menjadi siut
Mencintai air harus menjadi ricik
Mencintai gunung harus menjadi terjal
Mencintai api harus menjadi jilatMencintai cakrawala harus menebas jarak
Mencintai-Mu harus menjelma aku
#10. Sajak Tafsir
Sajak Tafsir
Kau bilang aku burung?
Jangan sekali-kali berkhianat
kepada sungai, ladang, dan batu.
Aku selembar daun terakhir
yang mencoba bertahan di ranting
yang membenci angin.
Aku tidak suka membayangkan
keindahan kelebat diriku
yang memimpikan tanah,
tidak mempercayai janji api yang akan menerjemahkanku
ke dalam bahasa abu.
Tolong tafsirkan aku
sebagai daun terakhir
agar suara angin yang meninabobokan
ranting itu padam.Tolong tafsirkan aku sebagai hasrat
untuk bisa lebih lama bersamamu.
Tolong ciptakan makna bagiku,
apa saja — aku selembar daun terakhir
yang ingin menyaksikanmu bahagia
ketika sore tiba.
#11. Kita Saksikan

Kita Saksikan
kita saksikan burung-burung lintas di udara
kita saksikan awan-awan kecil di langit utara
waktu itu cuaca pun senyap seketika
sudah sejak lama, sejak lama kita tak mengenalnyadi antara hari buruk dan dunia maya
kita pun kembali mengenalnya
kumandang kekal, percakapan tanpa kata-kata
saat-saat yang lama hilang dalam igauan manusia1967
#12. Akulah Si Telaga
Akulah Si Telaga
akulah si telaga:
berlayarlah di atasnya;
berlayarlah menyibakkan riak-riak kecilyang menggerakkan bunga-bunga padma;
berlayarlah sambil memandang harumnya cahaya;
sesampai di seberang sana, tinggalkan begitu saja— perahumu biar aku yang menjaganya.
1982
#13. Hujan Dalam Komposisi, 1
Hujan Dalam Komposisi, 1
Apakah yang kautangkap dari swara hujan, dari
daun-daun bugenvil basah yang teratur mengetuk jendela?
Apakah yang kautangkap dari bau tanah, dari ricik air yang
turun di selokan?Ia membayangkan hubungan gaib antara tanah dan
hujan, membayangkan rahasia daun basah serta ketukan
yang berulang.“Tak ada. Kecuali bayang-bayangmu sendiri yang di
balik pintu memimpikan ketukan itu, memimpikan sapa
pinggir hujan, memimpikan bisik yang membersit dari titik
air menggelincir dari daun dekat jendela itu. Atau
memimpikan semacam suku kata yang akan mengantarmu
tidur.”Barangkali sudah terlalu sering ia mendengarnya, dan
tak lagi mengenalnya.
1969
#14. Hujan Dalam Komposisi, 2
Hujan Dalam Komposisi, 2
Apakah yang kita harapkan dari hujan? Mula-mula ia di
udara tinggi, ringan dan bebas; lalu mengkristal dalam
dingin; kemudian melayang jatuh ketika tercium bau
bumi; dan menimpa pohon jambu itu, tergelincir dari
daun-daun, melenting di atas genting, tumpah di
pekarangan rumah, dan kembali ke bumi.
Apa yang kita harapkan? Hujan juga terjatuh di jalan yang
panjang, menusurnya, dan tergelincir masuk selokan
kecil, mericik swaranya, menyusur selokan, terus
mericik sejak sore, mericik juga di malam gelap ini,
bercakap tentang lautan.
Apakah? Mungkin ada juga hujan yang jatuh di lautan,
Selamat tidur.
1969
#15. Hujan Dalam Komposisi, 3
Hujan Dalam Komposisi, 3
dan tik-tok jam itu kita indera kembali akhirnya
terpisah dari hujan1969
#16. Metamorfosis
Metamorfosis
Ada yang sedang menanggalkan
kata-kata yang satu demi satu
mendudukkanmu di depan cermin
dan membuatmu bertanyatubuh siapakah gerangan
yang kukenakan ini
ada yang sedang diam-diam
menulis riwayat hidupmu
menimbang-nimbang hari lahirmu
mereka-reka sebab-sebab kematianmuada yang sedang diam-diam
berubah menjadi dirimu.
#17. Sajak Putih

Sajak Putih
Beribu saat dalam kenangan
Surut perlahan
Kita dengarkan bumi menerima tanpa mengaduh
Sewaktu detik pun jatuhKita dengar bumi yang tua dalam setia
Kasih tanpa suara
Sewaktu bayang-bayang kita memanjang
Mengabur batas ruangKita pun bisu tersekat dalam pesona
Sewaktu ia pun memanggil-manggil
Sewaktu Kata membuat kita begitu terpencil
Di luar cuaca
#18. Dalam Diriku
Dalam Diriku
Dalam diriku mengalir sungai panjang
Darah namanya;
Dalam diriku menggenang telaga darah
Sukma namanya;
Dalam diriku meriak gelombang sukma
Hidup namanya!
Dan karena hidup itu indah
Aku menangis sepuas-puasnya.
#19. Ayat-Ayat Tokyo
Ayat-Ayat Tokyo
/1/
angin memahatkan tiga panah kata
di kelopak sakura–
ada yang diam-diam membacanya/2/
ada kuntum melayang jatuh
air tergelincir dari payung itu;
“kita bergegas,” katanya/3/
kita pandang daun bermunculan
kita pandang bunga berguguran
kita diam: berpandangan/4/
kemarin tak berpangkal, besok tak berujung–
tak tahu mesti ke mana
angin menyambut bunga gugur itu/5/
lengking sakura–
tapi angin tuli
dan langit buta/6/
menjelma burung gereja
menghirup langit dalam-dalam–
angin musim semi
#20. Kenangan
Kenangan
/1/
Ia meletakkan kenangannya
dengan sangat hati-hati
di laci meja dan menguncinya
memasukkan anak kunci ke saku celana
sebelum berangkat ke sebuah kota
yang sudah sangat lama hapus
dari peta yang pernah digambarnya
pada suatu musim layang-layang/2 /
Tak didengarnya lagi
suara air mulai mendidih
di laci yang rapat terkunci./3 /
Ia telah meletakkan hidupnya
di antara tanda petik
#21. Ruang Tunggu
Ruang Tunggu
ada yang terasa sakit
di pusat perutnya
ia pun pergi ke dokter
belum ada seorang pun di ruang tunggu
beberapa bangku panjang yang kosong
tak juga mengundangnya duduk
ia pun mondar-mandir saja
menunggu dokter memanggilnya
namun mendadak seperti didengarnya
suara yang sangat lirih
dari kamar periksa
ada yang sedang menyanyikan
beberapa ayat kitab suci
yang sudah sangat dikenalnya
tapi ia seperti takut mengikutinya
seperti sudah lupa yang mana
mungkin karena ia masih ingin
sembuh dari sakitnya
#22. Sementara Kita Saling Berbisik

Sementara Kita Saling Berbisik
sementara kita saling berbisik
untuk lebih lama tinggal
pada debu, cinta yang tinggal berupa
bunga kertas dan lintasan angka-angkaketika kita saling berbisik
di luar semakin sengit malam hari
memadamkan bekas-bekas telapak kaki, menyekap sisa-sisaunggun api
sebelum fajar. Ada yang masih bersikeras abadi.
1966
#23. Tentang Matahari
Tentang Matahari
Matahari yang ada di atas kepalamu itu
Adalah balon gas yang terlepas dari tanganmu
waktu kau kecil, adalah bola lampu
yang ada di atas meja ketika kau menjawab surat-surat
yang teratur kauterima dari sebuah Alamat,
adalah jam weker yang berdering
saat kau bersetubuh, adalah gambar bulan
yang dituding anak kecil itu sambil berkata:
“Ini matahari! Ini matahari!” –
Matahari itu? Ia memang di atas sana
supaya selamanya kau menghela
bayang-bayangmu itu.1971
#24. Ia Tak Pernah
Ia Tak Pernah
ia tak pernah berjanji kepada pohon
untuk menerjemahkan burung
menjadi apiia tak pernah berjanji kepada burung
untuk menyihir api
menjadi pohonia tak pernah berjanji kepada api
untuk mengembalikan pohon
kepada burung
#25. Pertanyaan Kerikil yang Goblok
Pertanyaan Kerikil yang Goblok
“Kenapa aku berada di sini?”
tanya kerikil yang goblok itu. Ia baru saja
dilontarkan dari ketapel seorang anak lelaki,
merontokkan beberapa lembar daun mangga,
menyerempet ujung ekor balam yang terperanjat,
dan sejenak membuat lengkungan yang indah
di udara, lalu jatuh di jalan raya
tepat ketika ada truk lewat di sana.
Kini ia terjepit di sela-sela kembang ban
dan malah bertanya kenapa;
ada saatnya nanti,entah kapan dan di mana,
ia dicungkil oleh si kenek sambil berkata,
“Mengganggu saja!”
#26. Gerimis Jatuh
Gerimis Jatuh
Gerimis jatuh kaudengar suara di pintu
Bayang-bayang angin berdiri di depanmu
Tak usah kauucapkan apa-apa; seribu kata
Menjelma malam, tak ada yang di sanaTak usah; kata membeku,
Detik meruncing di ujung Sepi itu
Menggelincir jatuh
Waktu kaututup pintu.Belum teduh dukamu.
#27. Di Restoran
Di Restoran
Kita berdua saja
Duduk
Aku memesan ilalang panjang dan bunga rumput
Kau entah memesan apaAku memesan batu
Di tengah sungai terjal yang deras
Kau entah memesan apa
Tapi kita berdua saja
Duduk
Aku memesan rasa sakit yang tak putus
Dan nyaring lengkingnya,
Memesan rasa lapar yang asing itu
#28. Dalam Doaku

Dalam Doaku
Dalam doa subuhku ini kau menjelma langit yang
semalaman tak memejamkan mata, yang meluas bening
siap menerima cahaya pertama, yang melengkung hening
karena akan menerima suara-suaraKetika matahari mengambang diatas kepala,
dalam doaku kau menjelma pucuk pucuk cemara yang
hijau senantiasa, yang tak henti-hentinya
mengajukan pertanyaan muskil kepada angin
yang mendesau entah dari manaDalam doaku sore ini kau menjelma seekor burung
gereja yang mengibas-ibaskan bulunya dalam gerimis,
yang hinggap di ranting dan menggugurkan bulu-bulu
bunga jambu, yang tiba tiba gelisah dan
terbang lalu hinggap di dahan mangga ituMaghrib ini dalam doaku kau menjelma angin yang
turun sangat perlahan dari nun disana, bersijingkat
di jalan dan menyentuh-nyentuhkan pipi dan bibirnya
di rambut, dahi, dan bulu-bulu matakuDalam doa malamku kau menjelma denyut jantungku,
yang dengan sabar bersitahan terhadap rasa sakit
yang entah batasnya, yang setia mengusut rahasia
demi rahasia, yang tak putus-putusnya bernyanyi
bagi kehidupankuAku mencintaimu,
itu sebabnya aku takkan pernah selesai mendoakan
keselamatanmu
#29. Kepada Istriku
Kepada Istriku
Pandanglah yang masih sempat ada
pandanglah aku: sebelum susut dari Suasana
sebelum pohon-pohon di luar tinggal suara
terpantul di dinding-dinding guaPandang dengan cinta. Meski segala pun sepi tandanya
waktu kau bertanya-tanya, bertahan setia
langit mengekalkan warna birunya
bumi menggenggam seberkas bunga, padamu semata1967
#30. Atas Kemerdekaan
Atas Kemerdekaan
Kita berkata: jadilah
dan kemerdekaan pun jadilah bagai laut
di atasnya: langit dan badai tak henti-henti
di tepinya cakrawala
terjerat juga akhirnya
kita, kemudian adalah sibukmengusut rahasia angka-angka
sebelum Hari yang ketujuh tiba
sebelum kita ciptakan pula Firdaus
dari segenap mimpi kita
sementara seekor ular melilit pohon itu:
inilah kemerdekaan itu, nikmatkanlah
***
Baca juga: Kumpulan Puisi Karya Chairil Anwar yang Menginspirasi
Karya-karya Pak Sapardi memang tak lekang oleh waktu. Meski usia sudah kian senja, puisi-puisinya tetap digandrungi anak-anak muda. Sebagian memang berkat musikalisasi puisi oleh mantan-mantan mahasiswanya.
Itulah kumpulan puisi karya Sapardi Djoko Damono yang kita rangkum dari beberapa sumber. Karyanya yang bejibun tak mungkin ditimbun dalam satu halaman situs. Ini cuma sekelumit, maka lanjutkan dengan membaca buku-bukunya …
Semoga menginspirasi!