Mengulas segala hal seputar pengertian bisnis waralaba, jenis-jenisnya, kelebihan dan kekurangannya, serta contoh-contohnya di Indonesia.
Sistem bisnis waralaba atau franchise telah diperkenalkan pertama kali pada tahun 1850-an oleh seorang penemu mesin jahit, Isaac Singer, ketika ingin meningkatkan distribusi penjualan mesin jahit miliknya, meskipun akhirnya gagal.
Meskipun gagal, sistem waralaba-nya lalu diikuti oleh pebisnis lain, John S. Pemberton, untuk Coca-Cola-nya, dan sukses.
Hingga kini, bisnis waralaba telah menjadi tren tersendiri untuk memasarkan dagangannya. Mulai dari bisnis kuliner, supermarket, hingga apotek.
Nah, untuk memahami lebih lanjut mengenai pengertian bisnis waralaba, bagaimana cara kerjanya, apa kelebihan dan kekurangannya, serta jenis-jenisnya, berikut ulasan lengkap mengenai bisnis waralaba.
Pengertian Waralaba
Berdasarkan undang-undang di Indonesia, waralaba adalah hak khusus yang dimiliki oleh badan usaha atau perseorangan terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang atau jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat dimanfaatkan dan digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba.
Waralaba, dalam bahasa Inggris biasa disebut franchising, berasal dari bahasa Perancis “franchise” yang berarti “hak” atau “kebebasan”. Artinya, hak-hak atau kebebasan untuk menjual suatu produk atau jasa serta layanan.
Pihak pemberi waralaba biasa disebut franchisor, sementara penerimanya disebut franchisee.
Sementara menurut Asosiasi Franchise Indonesia, waralaba adalah sebuah sistem pendistribusian produk atau jasa kepada pelanggan akhir dengan franchisor memberikan hak kepada individu atau perusahaan untuk melaksanakan bisnis dengan merek, nama, sistem, prosedur, dan cara-cara yang telah ditetapkan sebelumnya dalam jangka waktu tertentu sertta meliputi area tertentu.
Selain definisi di atas, pengertian waralaba juga telah banyak dijelaskan oleh para ahli sebagai berikut.
1. Charles L. Vaughn
Menurutnya,
Istilah franchise telah dipahami sebagai bentuk aktivitas pemasaran dan distribusi di mana sebuah perusahaan memberikan hak atau privilege untuk menjalankan bisnis tertentu, dalam jangka waktu dan tempat tertentu, kepada individu atau perusahaan yang relatif masih kecil.
2. Douglas J. Queen
Ia memberikan penjelasan …
… pengertian franchise sebagai sebuah metode perluasan pemasaran dan bisnis. Pemegang franchise (franchisee) yang membeli sebuah bisnis mendapat manfaat dari kesadaran pelanggan akan nama dagang (merek), sistem teruji, dan pelayanan lain yang disediakan pemilik franchise (franchisor).
3. Rooseno Harjowidigdo
Rooseno Harjowidigdo menjelaskan mengenai franchise sebagai …
… sebuah kerjasama di bidang perdagangan atau jasa yang dipandang sebagai salah satu cara untuk mengembangkan sistem usaha di tempat lain, di mana franchisor mendapat keuntungan secara ekonomi karena mendapatkan management fee dari franchisee, barang produknya dapat tersebar ke tempat lain di mana franchisee menjalankan franchise-nya, dan bagi konsumen yang membutuhkan barang hasil produksinya bisa mendapatkannya dalam keadaan masih fresh dan belum rusak.
4. Dominique Voillemont
Sedangkan Dominique Voillemont memberikan pengertian …
… franchise sebagai sebuah cara melakukan kerjasama di bidang bisnis antara dua atau lebih perusahaan. Satu pihak bertindak sebagai franchisor dan pihak satunya sebagai franchisee, yang mana di dalamnya diatur, pihak franchisor sebagai pemiliki merek dan “know-how” memberikan haknya kepada franchisee untuk melakukan aktivitas bisnis berdasarkan merek dan “know-how” tersebut.
***
Menurut penjelasan Robert Kiyosaki, waralaba adalah suatu skema yang digunakan untuk mengembangkan usaha dan bertujuan untuk meningkatkan keuntungan dari pemilik bisnis itu sendiri.
Artinya, pihak franchisor mempergunakan fee dari franchisee untuk mengembangkan bisnisnya. Timbal baliknya, franchisee mendapatkan hak untuk menjual produk atau layanan bisnisnya termasuk dilengkapi nama dagang dan sistem bisnis yang sudah siap berjalan.
Baca juga: Pengertian SWOT, Sejarah, Fungsi, dan Cara Penerapannya
Istilah-Istilah Umum dalam Bisnis Waralaba
Sebelum menelusuri lebih dalam seputar bisnis waralaba, ada istilah-istilah umum yang wajib kita ketahui agar lebih mudah memahami pembahasan selanjutnya.
Mulai dari mengenal istilah-istilah seperti: franchisee, franchisor, royalty fee, dan lain sebagainya.
- Franchisor, atau “pewaralaba”. Yaitu, pihak yang memiliki hak cipta, di mana ia berhak memberikan hak ciptanya, kepada pihak lain untuk menjalankan waralaba sebagai sistem bisnisnya. Franchisor bisa dalam individu ataupun badan usaha.
- Franchisee, atau “penerima waralaba”. Yaitu, pihak yang mendapatkan hak untuk menjalankan waralaba dari perusahaan franchisor, bisa dalam bentuk individu maupun perusahaan.
- Franchise Agreement, atau “kesepakatan waralaba”. Ini adalah sebuah surat kontrak yang berisi setiap aspek penting yang perlu disepakati antara franchisor dan franchisee. Misalnya: masa kontrak, hak-hak, hingga biaya yang harus dibayar.
- Franchise Fee, yaitu biaya yang harus dibayarkan franchisee kepada franchisor untuk membeli lisensi atau izin penggunaan merek dagang yang diwaralabakan selama jangka waktu yang telah ditentukan. Selain itu, biaya ini juga mencakup pedoman dan standar operasional dari merek tersebut.
- Royalty Fee. Selain franchise fee, pihak franchisee juga wajib membayar biaya royalti kepada franchisor setiap bulannya. Biaya ini biasanya dipergunakan untuk hal-hal pendukung bisnis yang disediakan franchisor, seperti: pelatihan, konsultasi, iklan promosi, dan lain sebagainya.
Jenis-Jenis Waralaba di Indonesia
Sejak kemunculan model bisnis ini, bisnis waralaba telah mengalami berbagai perkembangan di Indonesia. Telah bermunculan jenis-jenis bisnis waralaba yang beredar di pasaran.
Seperti apa klasifikasinya? Jenis-jenis waralaba di Indonesia bisa dibagi berdasarkan kriteria: produk yang ditawarkan, menurut asal negaranya, dan menurut International Franchise Association (IFA).
Untuk memahami perbedaannya secara lengkap, simak ulasan sebagai berikut!
Baca juga: Pengertian Bisnis Internasional, Strategi, Contoh, Materi Lengkap!
Waralaba berdasarkan asal negaranya
Berdasarkan asal negaranya, usaha waralaba di Indonesia terbagi menjadi dua:
1. Waralaba luar negeri
Banyak bisnis waralaba di Indonesia yang berinduk dari luar negeri. Waralaba jenis ini cenderung lebih digemari masyarakat di Indonesia, karena nama brand yang sudah terkenal dan sudah terjamin sistem dan kualitasnya.
Selain itu, brand-brand dari luar negeri juga dirasakan lebih bergengsi karena harga produknya yang cenderung lebih mahal ketimbang waralaba dalam negeri.
Contoh waralaba dari luar negeri: Starbucks, Burger King, 7-Eleven, Circle-K, dan lain sebagainya.
2. Waralaba dalam negeri
Waralaba dalam negeri adalah bisnis waralaba yang lahir di dalam negeri dari hasil karya pebisnis lokal. Kini, sudah banyak bisnis waralaba lokal yang mengalami kesuksesan dan bahkan telah merambah ke mancanegara.
Bisnis waralaba dari dalam negeri juga menjadi salah satu pilihan untuk orang-orang yang ingin cepat menjadi pengusaha namun tidak memiliki pengetahuan cukup mengenai peranti awal dan kelanjutan usaha.
Contoh waralaba dalam negeri: Alfamart, Markobar, Kebab Baba Rafi, Apotek K-24, dan lain sebagainya.
Waralaba berdasarkan Produk yang Dijual
Bisnis waralaba juga terdapat klasifikasi yang berdasarkan dari jenis produk yang dijual, apakah berupa barang, jasa, atau gabungan keduanya.
- Waralaba produk, yaitu bisnis waralaba yang produknya berupa barang (bukan jasa), seperti: pakaian, makanan, minimarket, dan sebagainya. Contohnya: Chatime, J.CO Donuts, Rabbani, dan sebagainya.
- Waralaba jasa, yaitu bisnis waralaba yang menawarkan jasa atau layanan sebagai produknya (bukan barang), seperti: salon, spa, ekspedisi, dan sebagainya. Contohnya: JNE, Young Chefs Academy, The Quick Clean, atau yang lainnya.
- Waralaba gabungan, yaitu bisnis waralaba yang produknya berupa barang dan jasa, seperti misalnya layanan spa keluarga yang juga menjual produk-produk kesehatan. Contohnya: Martha Tilaar Salon Day Spa.
Waralaba berdasarkan IFA
Bisnis waralaba juga terdapat klasifikasi yang dikeluarkan oleh International Franchise Association (IFA). IFA sendiri adalah grup perdagangan yang berfokus pada upaya pemerintah dan hubungan masyarakat untuk industri waralaba.
Berdasarkan klasifikasi IFA, terdapat 4 jenis waralaba yang umum digunakan di Amerika.
1. Product Franchise
Dalam bisnis waralaba model ini, produsen memiliki hak kontrol penuh terhadap retail yang mendistribusikan produknya.
Berdasarkan kontrak yang disepakati kedua pihak, produsen mengizinkan franchisee untuk menggunakan merek dan hak ciptanya.
Franchisee tentu diwajibkan membayar harga yang telah disepakati untuk mendapatkan hak tersebut atau untuk membeli sejumlah produk yang menjadi kualifikasi waralaba.
Contoh waralaba jenis ini seperti misalnya: sebuah toko komputer yang menjual printer merek EPSON, hasil penjualan tersebut biasanya pihak produsennya akan memperoleh keuntungan yang lebih besar ketimbang penjualnya.
2. Manufacturing Franchise
Pada manufacturing franchise, setiap perusahaan yang memproduksi sebuah produk produk akan diberikan hak untuk kemudian mejualnya kepada masyarakat dengan menggunakan merek dagang dan merek waralaba.
Biasanya, jenis bisnis waralaba ini ditemukan pada industri makanan dan minuman kemasan.
Contoh misalnya: ada seseorang yang ingin membangun sebuah pabrik Coca Cola. Sebelum melakukannya, tentu ia perlu memperoleh izin dari perusahaan coke untuk menggunakan nama dan hak ciptanya.
Lalu, orang tersebut membangun sebuah pabrik Coca Cola yang akan menjual ekstrak coke yang bahan bakunya tetap dirahasiakan. Ia juga memiliki hak untuk mencampur seluruh bahan yang telah diberikan dan mengemasnya menjadi produk akhir untuk diperjualbelikan.
3. Business Opportunity Ventures
Pada jenis business opportunity venture, suatu perusahaan (sebagai franchisee) membeli produk-produk dari perusahaan franchisor lalu mendistribusikannya.
Sementara itu, perusahaan franchisor harus menyediakan pelanggan serta rekening untuk pihak franchisee. Sebagai timbal balik, franchisee akan membayar biaya tertentu atau prestasi penjualan sebagai gantinya.
Contohnya: pengusaha mesin-mesin otomatis.
4. Business Format Franchise
Waralaba jenis business format franchise ini memiliki integrasi bisnis lebih lengkap dan meyeluruh ketimbang jenis lainnya. Dalam jenis ini, pihak franchisee mendistribusikan produk dari franchisor di bawah hak cipta franchisor sekaligus mengimplementasikan format dan prosedur yang berlaku.
Business format franchising bisa dibilang sebagai jenis waralaba yang paling populer dan direkomendasikan, terutama di Amerika Serikat.
Contohnya: Starbucks Coffee, KFC, dan sebagainya.
Kelebihan dan Kekurangan Bisnis Waralaba
Setiap model bisnis dan strategi penjualan pasti memiliki plus-minus masing-masing, termasuk bisnis franchise ini. Berikut ulasan kelebihan dan kekurangan bisnis waralaba yang perlu diketahui sebelum menjalankannya.
Kelebihan Bisnis Franchise
- Manajemen bisnis yang sudah matang. Untuk menjalankan bisnis waralaba, kita tidak perlu membangun bisnis dari awal, semua sistem manajemen dan operasional telah dipersiapkan oleh pihak franchisor.
- Brand atau merek yang sudak terkenal di masyarakat. Dalam bisnis, branding merupakan satu hal yang cukup penting, karena bisa mendatangkan konsumen yang loyal dan memiliki pasar sendiri. Dengan bisnis franchise, franchisee tidak perlu pusing membangun brand dari awal karena akan menggunakan brand dari franchisor.
- Relasi kerjasama yang telah terbangun sejak awal. Dengan bisnis franchise, franchisee sejatinya bukan hanya bekerjasama dengan franchisor. Lebih dari itu, franchisee juga akan mendapatkan relasi dengan pemasok bahan baku, pihak periklanan dan pemasaran, dan sebagainya.
- Peluang sukses yang lebih cepat. Bisnis waralaba menawarkan peluang sukses yang lebih cepat karena menyediakan brand yang sudah terkenal, disertai liputan media yang baik, dan juga sudah memiliki pasar dan konsumen yang loyal.
- Manajemen finansial yang lebih mudah. Kebanyakan investor biasanya lebih suka berinvestasi pada bisnis yang telah mapan dalam segi finansial dan jaringan pemasaran. Dengan begitu, sistem manajemen finansial sudah ditetapkan oleh franchisor sehingga franchisee tidak perlu repot dengan manajemen finansial seperti membangun bisnis baru.
Kekurangan Bisnis Franchise
- Franchisee tidak memiliki kendali secara penuh terhadap bisnisnya sendiri, Hal ini karena semua sistem dan opersional telah ditetapkan oleh franchisor, sehingga ide-ide operasional pun seringkali tidak dapat diaplikasikan karena terikat oleh perjanjian-perjanjian yang telah disepakati di awal.
- Franchisee seringkali terjebak oleh tren pasar yang berubah-ubah. Misalnya, franchise Thai Tea yang awalnya dinilai menjanjikan karena produknya yang lagi nge-tren, semakin lama tren-nya tergerus oleh minuman lain.
- Ketergantungan pada reputasi waralaba. Maksudnya, jika ada franchisee yang lain (dalam brand yang sama) melakukan kesalahan yang mengakibatkan rusaknya reputasi brand, maka hal itu juga akan berdampak pada bisnis waralaba yang dikelola oleh franchisee lain.
- Meskipun terukur, modal awal yang dikeluarkan terhitung lebih banyak. Pihak franchisor umumnya akan mengajukan biaya franchise fee untuk pembelian lisensi dan perjanjian waralaba. Selain itu, ada juga royalty fee sebagai biaya lanjutan untuk pelatihan dan dukungan bagi para franchisor.
- Adanya potongan keuntungan. Seperti yang telah dijelaskan di awal, dalam bisnis waralaba ada istilah royalty fee yang harus dibayarkan setiap bulannya.
Baca juga: Apa Itu Bisnis Startup? Berikut Pengertian dan Contoh-Contohnya
Contoh Bisnis Waralaba yang Terkenal
Ada berbagai macam waralaba yang telah dijelaskan sebelumnya, ada waralaba dalam negeri, waralaba luar negeri, dan sebagainya. Masing-masing juga telah disebutkan contoh-contohnya.
Namun untuk lebih memahami sistem bisnis ini, ada contoh-contoh waralaba yang telah sukses dan terkenal beroperasi di tanah air. Berikut contoh-contohnya:
1. J.CO Donuts

Banyak yang mengira bahwa J.CO Donuts adalah bisnis waralaba asing yang membuka cabang di Indonesia. Padahal, J.CO pertama kali dibuka di Supermall Karawaci Tangerang.
Brand J.CO Donuts sendiri adalah restoran waralaba yang mengkhususkan di sajian donat, kopi, dan yogurt beku. UKM lokal yang telah menjadi perusahaan besar ini merupakan bisnis bentukan Johnny Andrean sejak tahun 2005.
2. Indomaret

Siapa yang tidak kenal Indomaret, atau setidaknya melihatnya di pinggir jalan? PT. Indomarco Prismatama yang beroperasi sebagai Indomaret ini adalah jaringan retail waralaba di Indonesia, merupakan salah satu anak perusahaan Salim Group.
Indomaret sendiri adalah jaringan minimarket yang menyediakan kebutuhan pokok sehari-hari dengan konsep luas area toko kurang dari 200 meter persegi. Toko pertamanya dibuka di Ancol, Jakarta Utara, pada tahun 1988.
3. Super Indo Express

Selain Indomaret sebagai minimarket, ada juga Super Indo yang merupakan bisnis Super Market yang kini telah tersebar di kota-kota besar Indonesia. Super Indo telah beroperasi sejak tahun 1997, dan hingga tahun 2019, perusahaan patungan ini telah memiliki 176 termasuk 7 gerai waralaba yaitu Super Indo Express.
4. Kebab Turki Baba Rafi

Siapa sangka, makanan khas dari Turki ini bisa menjadi bisnis besar di Indonesia yang bahkan bisa merambah ke pasar global. Namanya Kebab Turki Baba Rafi, sebuah UKM yang kini telah menjadi jaringan waralaba kebab terbesar di dunia.
Bisnis gerobak kebab ini pertama kali didirikan oleh Nilam Sari Setiono sejak tahun 2003 di Surabaya, menjadi perusahaan waralaba pada 2005, dan hingga kini telah memiliki lebih dari 1000 gerai yang tersebar di Indonesia, Malaysia, dan Filipina.
5. Apotek K-24

Bisnis franchise tidak harus melulu di bidang kuliner atau minimarket, K-24 pun hadir sebagai jaringan apotek waralaba nasional yang telah tersebar di sejumlah kota di Indonesia.
K-24 pertama kali berdiri di Yogyakarta pada tahun 2002 oleh dr. Gideon Hartono, untuk siap melayani kebutuhan obat-obatan masyarakat selama 24 jam sehari.
Referensi:
- https://www.wartaekonomi.co.id/read177092/apa-itu-bisnis-waralaba
- https://id.wikipedia.org/wiki/Waralaba
- https://www.jurnal.id/id/blog/keuntungan-dan-kekurangan-bisnis-waralaba/