Tari Bines, Mengupas Keunikan Tarian Ratapan dari Aceh

Mau tahu keunikan kesenian tarian ratapan dari Aceh? Berikut ini ulasan keunikan tari Bines, sejarah, gerakan, pola lantai, dan properti yang digunakan.

Indonesia yang berbentuk kepulauan, mengakibatkan munculnya berbagai budaya di dalamnya, salah satunya adalah budaya tari.

Di Indonesia, setiap daerah mempunyai tarian khas yang memiliki gerakan dan properti berbeda-beda. Seperti halnya tari Bines dari Pulau Sumatera.

Kamu tentu masih asing dengan nama tarian ini, karena penggunaannya memang jarang untuk umum.

Biasanya, orang hanya mengenal tari Saman yang sering dipamerkan masyarakat Aceh. Padahal tarian Bines mengandung unsur seni dan histori yang kental akan pesan moral.

Sejarah Tari Bines

tari bines
infopublik.id

Tari Bines berasal dari daerah Aceh, tepatnya Aceh bagian tengah. Namun seiring perkembangannya, tarian ini dibawa ke daerah Aceh Timur dan dilestarikan hingga saat ini.

Tarian ini pertama kali diperkenalkan kepada masyarakat Aceh oleh seorang tokoh agama bernama Syech Saman. Tujuannya sebagai media dakwah Islam bagi masyarakat sekitar agar tertarik dan mudah menerima ajaran islam.

Sejarah kemunculan gerakan dari tarian Bines memiliki 3 versi berbeda-beda yang semuanya dipercaya oleh masyarakat setempat, yaitu:

1. Dari cerita rakyat tentang ibu yang kehilangan putranya

Gerakan tari ini bermula dari kisah seorang ibu yang memiliki 6 anak perempuan dan 1 anak laki-laki. Karena yang laki-laki hanya satu, maka ia menjadi anak yang sangat disayang ibunya dan saudara-saudaranya.

Suatu ketika, anak laki-laki yang disayangi itu meninggal dan menyisakan kesedihan yang mendalam bagi ibu dan saudara-saudaranya. Karena terlalu sedih, 6 saudara perempuannya meratapi kematian saudara laki-lakinya dan mengelilingi mayatnya setiap malam.

Posisi duduk ke enam saudara perempuan inilah yang menjadi dasar posisi duduk tarian Bines, yakni 2 di atas kepala, dua di kanan, dan dua lagi di sebelah kiri.

Pada awalnya, syair yang digunakan adalah syair ratapan kesedihan. Namun seiring perkembangannya, syair ini mulai ditinggalkan masyarakat.

2. Cerita rakyat Malelang Ode

Tidak berbeda jauh dengan cerita sebelumnya, Ni Malelang Ode juga mengisahkan mengenai ratapan kematian.

Dikisahkan bahwa Malelang Ode adalah putri kesayangan dari seorang ibu di sebuah desa. Namun ketika beranjak dewasa, Malelang Ode melakukan perbuatan zina dengan pemuda di desanya.

Masyarakat sekitar menganggap zina sebagai sebuah aib yang sangat memalukan. Oleh karenanya, Malelang Ode diberi hukuman mati.

Ibu Malelang Ode sangat sedih atas kematian putri kesayangannya, sehingga meratapi jenazahnya sambil menangis dan menggoyang-goyangkan mayatnya sambil menghentakkan kakinya. Tetangga yang kasihan dengan ibu ini datang mengelilingi mayat dan ikut menghibur.

Adabnya gerakan mengelilingi mayat dibarengi dengan hentakan kaki yang dilakukan ibu Malelang Ode in selanjutnya menjadi cikal bakal dasar gerakan tari Bines, dilengkapi dengan syair aslinya yakni ratapan kesedihan.

3. Cerita Rakyat Gajah Putih

Bines sendiri merupakan bahasa Gayo Lues yang artinya “gajah putih”. Nama inilah yang diadopsi menjadi nama tariannya karena asal-usulnya yang berkaitan dengan cerita rakyat Gajah Putih dari Aceh.

Dikisahkan, ada seekor gajah putih yang mengamuk dan merusak alun-alun kerajaan. Tidak ada yang bisa menghentikannya, sehingga anak raja bernama Sengeda memberikan ide untuk menaklukkannya.

Sengeda menyuruh masyarakat membunyikan alat musik, seperti canang, gong, dan rebana. Gajah yang mengamuk itu mulai tenang. Lalu Sengeda menyuruh 30 pemuda membuat posisi setengah lingkaran, untuk mengelilingi gajah sambil bertepuk tangan dan menyanyikan pujian-pujian.

Sengeda juga ikut menari di hadapan gajah dan diikuti oleh gerakan gajah yang maju mundur. Gerakan ini selanjutnya menjadi awal mula munculnya tari Bines.

Makna Filosofis dalam Tari Bines

tarian aceh
wikipedia.org

Makna tarian ini sebenarnya bisa dilihat langsung dari gerakan dan syairnya. Berikut adalah beberapa makna filosofis yang ada dalam tarian ini:

1. Makna dari Syair dan Musik

Makna filosofis dari musik pengiringnya yang terkesan sendu ini untuk mewakili kesedihan dan ratapan seseorang. Sementara syairnya mengandung banyak pesan moral dan agama yang hendak disampaikan kepada masyarakat.

2. Pemersatu Masyarakat yang Bersengketa

Masyarakat Gayo Lues memiliki rasa kepemilikan yang sangat tinggi terhadap tarian Bines. Ketika ada sengketa antara pihak dalam masyarakat Gayo Lues, maka tarian ini bisa menjadi media pemersatunya.

Terlebih di dalamnya terdapat syair yang menenangkan dan menyejukkan hati bagi yang mendengarnya.

3. Makna Hiburan

Makna tersirat yang paling mudah dilihat dari tarian asal Aceh ini adalah sebagai hiburan. Keindahan gerakan yang dimiliki serta keselarasannya dengan musik pengiring menjadi sarana hiburan bagi penonton yang menyaksikan.

4. Makna Gerakan

Gerakan dalam tarian ini sangat anggun dan lembut. Ini mewakili karakter perempuan masyarakat Gayo yang lembut sesuai kaidah ajaran Islam. Hal inilah yang membuat tarian Bines harus dilakukan oleh perempuan dengan jumlah yang genap.

Gerakan Tari Bines

Jenis tarian ini memiliki gerakan yang serempak dan sangat anggun. Dalam penerapannya, ternyata tarian Bines memiliki 5 gerakan utama di dalamnya, yaitu:

  • Surang saring, yakni gerakan yang dibawakan secara serempak dari awal hingga akhir. Antara penari yang satu dengan lainnya menggunakan gerakan yang tidak berbeda.
  • Alih, peralihan atau perubahan gerak dari tepuk dengan berpindah ke gerakan lainnya.
  • Langkah, yaitu gerakan melangkah yang membentuk pola menyerupai huruf U dengan posisi baris berbanjar.
  • Tepok, yaitu gerakan tepuk tangan para penarinya.
  • Kertek yang merupakan gerakan petik jari yang lentik.

Pola Lantai Tari Bines

Jika melihat dari format barisan para penarinya, maka pola lantai yang digunakan dalam tari Bines adalah pola lantai dengan huruf U. Sementara bentuk barisannya adalah berbanjar.

Pola ini mulai terbentuk setelah pengucapan syair bissmillah, lalu para penari mulai bergerak membentuk huruf U secara berurutan.

Tari Bines merupakan satu-satunya tarian dari Aceh yang berbentuk pola U. Untuk menyesuaikan gerakan dan pola yang dibentuk, musik tari ini tidak menggunakan alat musik khusus. Namun, diiringi dengan syair yang membantu penari membuat gerakan yang sesuai pola hingga akhir.

Properti Tari Bines

Semua tari daerah bisa dibedakan dari properti khas yang digunakan oleh masing-masing tarian. Tarian Bines sendiri memiliki beberapa properti yang digunakan oleh para penarinya, yaitu:

  • Baju Lukup, yakni baju yang menggunakan motif tabur.
  • Kain Sarung, berupa sarung atau kain panjang yang dihias dengan renggiep.
  • Sanggul yang dikenakan di rambut penari wanita dan dihiasi sejenis daun kepies, atau daun bambu dan pandan sebagai penggantinya.
  • Belong, berupa hiasan leher yang dikalungkan.
  • Genit Rante, yakni ikat pinggang yang sudah dilengkapi dengan renggiep.
  • Gelang dan sensim.

Baca juga: Tari Tarek Pukat, Tarian Gotong Royong dari Pesisir Aceh


Keunikan Tari Bines

tari bines
antarafoto.com

Setiap jenis tari pasti memiliki keunikan tersendiri yang membedakannya dengan tarian lain. Keunikan ini biasanya menyimbolkan adat dan kebiasaan masyarakat sekitar. Tari Bines Aceh sendiri memiliki keunikan sebagai berikut:

  • Ciri khas gerakan yang anggun untuk mewakili wanita masyarakat Gayo.
  • Syair yang menggunakan bahasa Gayo dan mengandung pesan keagamaan.
  • Pakaian penari yang identik tertutup sesuai adat masyarakat Aceh.
  • Tidak memiliki iringan musik dan diganti syair.

***

Tari Bines termasuk salah satu tarian daerah yang wajib kamu pelajari dan lestarikan. Di dalamnya mengandung banyak keunikan yang tidak dimiliki di daerah lainnya.

Selain itu, tarian Bines ini juga menjunjung tinggi moral dan ciri khas wanita Indonesia yang anggun dan lemah lembut.

Kalau kamu pernah menyaksikan pertunjukan tarian ioni secara langsung, jangan lupa share di kolom komentar, ya!

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *