Tari Dolalak, Akulturasi Budaya Belanda dengan Purworejo

Menelusuri salah satu kekayaan budaya Kabupaten Purworejo, Tari Dolalak. Menyoal sejarah, pertunjukan, kesurupan, hingga nilai-nilai seni dan budayanya. 

Membicarakan soal kesenian tari daerah di Indonesia, Jawa Tengah menjadi salah satu provinsi yang memiliki berbagai macam seni tari yang populer di Indonesia.

Alih-alih menyoal tari Serimpi atau Bedhaya yang sudah sangat familiar di masyarakat, kita juga perlu mengangkat salah satu tarian yang turut menjadi bagian dari perjalanan sejarah Indonesia, yaitu tari Dolalak.

Tarian ini berasal dari daerah Purworejo. Daerah ini memang tercatat memiliki sejumlah tarian yang mengandung nilai-nilai sejarah yang cukup penting. Salah satunya tari Dolalak yang telah dipentaskan sejak ratusan tahun.

Sejarah Tari Dolalak

sejarah kesenian dolalak
etnis.id

Di Purworejo, kesenian Dolalak atau Ndolalak telah berkembang sebagai sebuah hiburan yang cukup digemari di masyarakat. Hingga kini, kesenian tersebut masih lestari dan menjadi unsur penting dalam kesenian lokal Purworejo.

Alih-alih tercipta dari kisah-kisah legenda yang agung nan spirituil layaknya jenis tarian daerah pada umumnya, kemunculan tari Dolalak sebenarnya tidak dapat dilepaskan dari akulturasi antara budaya Belanda dengan Jawa.

Pada zaman Hindia-Belanda, serdadu Belanda gemar melakukan pesta di waktu istirahat, minum-minuman keras, dan berdansa. Lama kelamaan, aktivitas tersebut lalu ditiru oleh masyarakat pribumi.

Gerakan yang sederhana dan khas beserta lagu yang menarik ini lantas menginspirasi tiga orang pemuda dari Dusun Sejiwan, yaitu Rejo Taruno, Duliyat, dan Rono Dimedjo.

Pada tahun 1915, mereka memodifikasi aktivitas ini menjadi sebuah kesenian yang unik, sehingga mereka dikenal sebagai pemrakarsa tari Dolalak ini.

Adapun istilah dolalak berasal dari notasi bunyi do dan la. Para serdadu Belanda pada masa itu biasa mengucapkan Do-La-La dari lagu 1-6-6, dimana pengucapannya ditiru oleh masyarakat pribumi menjadi Dolalak.


Baca juga: Tari Serimpi, Kesenian Sakral Kesultanan Mataram


Perkembangan Kesenian Dolalak

kesenian purworejo
netralnews.com

Hingga kini, kesenian Dolalak masih terus dilestarikan oleh masyarakat Purworejo. Tarian ini telah menjadi salah satu ikon budaya Kabupaten Purworejo.

Hampir setiap desa di daerah ini memiliki grup Dolalak sendiri. Salah satunya ada grup Arum Sari yang berasal dari Desa Brenggong, Purworejo.

Pada awalnya, ketika Dolalak belum menjadi sebuah kesenian budaya, aktivitas ini biasa dilakukan oleh serdadu Belanda tanpa diiringi instrumen musik tertentu, namun hanya menggunakan nyanyian yang dilakukan.

Namun setelah mengalami berbagai perkembangan, kesenian ini lalu dikreasikan dengan iringan berbagai instrumen musik seperti: rebana, bedug, jindur, kecer, dan kendang.

Sentuhan modernisasi juga membuat tarian ini disajikan dengan alat musik keyboard dan alat musik elektrik lainnya.

Sementara nyanyiannya, tarian ini biasa diiringi dengan syair-syair keagamaan yang berupa campuran dari tembang Jawa dan salawat.

Pada awalnya, tari Dolalak juga dimainkan oleh kaum laki-laki dengan pakaian unik berupa seragam serdadu Belanda. Namun seiring perkembangannya, tarian ini juga dimainkan oleh kaum wanita juga.

Kesenian Dolalak semakin lama semakin populer di kalangan generasi muda. Hal ini tak dapat dilepaskan dari peran Pemerintah Daerah Purworejo yang terus mengembangkan kesenian ini di Purworejo.

Kesenian Dolalak bahkan sering ditampilkan dalam festival peringatan Kemerdekaan Republik Indonesia, Jambore Pramuka, hingga pertunjukan budaya antar daerah.


Baca juga: Tari Bambangan Cakil, Kesenian Wayang dari Jawa Tengah


Pertunjukan Tari Dolalak

tari dolalak
alif.id

Dalam pertunjukannya, para penari kesenian Dolalak biasanya mengenakan pakaian khusus yang meyerupai seragam serdadu Belanda, yakni: pakaian lengan panjang dengan pangkat di pundaknya, celana pendek, topi, dan kacamata.

Unsur gerak yang ditampilkan juga terlihat seperti gerakan tari khas keprajuritan. Dimana, gerakan dalam tarian ini mengandung gerakan-gerakan beladiri khas prajurit.

Salah satu hal penting yang harus diperhatikan oleh pemain kesenian Dolalak ini adalah kondisi fisik dan stamina yang prima. Hal ini karena dalam satu pertunjukan, rata-rata penari akan memainkan hingga 25 jenis tarian dengan durasi secara keseluruhan hingga 5 jam.

Satu hal yang juga cukup unik dalam pertunjukan tarian ini adalah ketika para penari mengalami trance atau kesurupan.

Dalam keadaan tersebut, mereka akan menari dengan gerakan rancak dan indah, serta memakan sesaji yang diberikan berupa kembang mawar merah, kemenyan, telur, hingga merokok.

Sebelum merasuki tubuh penari, arwah atau yang biasa disebut dayang akan dipanggil dengan lagu dan gerakan tarian khusus.


Baca juga: Tari Bondan, Sebuah Tarian Kasih Sayang dari Surakarta


Nilai Budaya dalam Tari Dolalak

sejarah dolalak
facebumen.com

Sebagai salah satu jenis kesenian yang digemari, tari Dolalak tentu mengandung nilai-nilai seni dan filosofisnya tersendiri.

Dari segi seni, tarian ini mengandung 4 unsur seni yaitu: gerak (seni tari), seni rupa (busana dan aksesoris), seni sastra (syair lagu), dan seni musik.

Sementara secara filosofis, tarian Dolalak juga mengandung nilai-nilai seperti: kekeluargaan, gotong royong, pesan-pesan moral, hingga kritik sosial yang dibingkai dengan nuansa kegembiraan.

Referensi:

  • https://etnis.id/dolalak-tarian-unik-yang-eksis-di-jawa-tengah/
  • https://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-3954519/dolalak-tarian-purworejo-yang-gambarkan-perilaku-serdadu-kolonial
  • https://id.wikipedia.org/wiki/Dolalak
  • https://pesonaindonesia.kompas.com/read/2019/08/09/132100127/tari-dolalak-budaya-yang-terinspirasi-dari-perlawanan-terhadap-kolonial

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *