Tari Gambir Anom, Kesenian Klasik dari Surakarta

Mengulas ciri khas dan keunikan tari Gambir Anom, salah satu kekayaan budaya Surakarta.

Meskipun kesenian-kesenian daerah kini boleh dibilang telah tergerus oleh arus globalisasi yang menawarkan berbagai bentuk kesenian yang lebih modern, eksotisme kesenian dan budaya tradisional masih menjadi daya tarik tersendiri yang mampu menarik perhatian kalangan masyarakat tertentu.

Salah satu bentuk kesenian yang akan kita bicarakan kali ini adalah tari Gambir Anom.

Gambir Anom merupakan tarian klasik yang berasal dari Jawa Tengah dan menjadi salah satu kekayaan budaya Surakarta.

Setiap kesenian daerah di Nusantara, tentu masing-masing memiliki ciri khas dan keunikannya sendiri. Baik dari karakteristik, nilai seni dan sejarah, maupun makna filosofis yang terkandung di baliknya.

Begitu pun tarian Gambir Anom. Tarian ini memiliki serangkaian karakteristik yang khas dan unik. Mulai dari sejarahnya, makna, ragam gerak, dan sebagainya.

Sejarah Tari Gambir Anom

tari gambir anom
takterlihat.com

Asal usul dan sejarah tari Gambir Anom memang tidak banyak diulas oleh para seniman maupun sejarawan. Meski begitu, kesenian ini disinyalir telah ada pada masa Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta.

Pada masa itu, Gambir Anom merupakan salah satu tarian yang sering ditampilkan di dalam Keraton untuk menyambut tamu agung.

Tarian ini biasa dimainkan oleh penari laki-laki. Hal ini tentu tidak dapat dilepaskan dari cerita yang terkandung dalam setiap gerakan tarian tersebut.

Tarian ini menceritakan tentang seorang tokoh pewayangan bernama Irawan putra Arjuna yang tengah jatuh cinta kepada seorang wanita.

Meskipun pada mulanya tarian ini dibawakan oleh penari laki-laki secara tunggal, namun dalam perkembangannya, tari Gambir Anom malah lebih banyak dibawakan oleh penari perempuan.

Hal ini lantaran semakin pesatnya arus modernisasi, semakin jarang juga kaum pemuda yang memiliki kemauan untuk melestarikan tarian ini.

Selain sebagai sarana hiburan, tarian klasik Gambir Anom ini juga memberikan sebuah pesan untuk para pemuda mengenai percintaan di masa remaja.


Baca juga: Tari Gambyong, Dari Jalanan Menjadi Tarian Keraton


Ragam Gerak Tarian Gambir Anom

properti gambir anom
kemlu.go.id

Dalam mempresentasikan cerita yang dibawakan, tari Gambir Anom menyuguhkan berbagai gerakan simbolis yang unik dan khas.

Keunikan gerakan juga dapat dilihat dengan jelas, dimana selain menampilkan gerakan-gerakan yang gemulai, tarian ini sedikit banyak juga menyajikan gerakan pantonim seperti: berdandan, bercermin, bingung, dan lain sebagainya yang menggambarkan keadaan seseorang yang tengah jatuh cinta.

Secara rinci, ragam gerak tarian Gambir Anom dapat dijabarkan sebagai berikut:

  1. Jengkeng, yaitu posisi kaki kanan diduduki, sementara kaki kiri dibuka selebar bahu dengan posisi badan tegak.
  2. Sembahan, yaitu sebuah gerakan yang menunjukkan penyampaian salam kepada orang-orang yang menyaksikan.
  3. Hoyog, yaitu gerakan badan yang dicondongka ke samping kanan atau kiri, sementara kedua lutut sedikit ditekuk.
  4. Entrag, yaitu mengentakkan badan ke bawah berkali-kali.
  5. Menthang, yaitu gerakan meluruskan teangan ke samping.
  6. Panggel, yaitu gerakan mengadu kedua pangkal pergelangan tangan.
  7. Nyekithing, yaitu posisi ujung jari tengah berhimpitan dengan ujung ibu jari membentuk lingkaran.
  8. Trap jamang, yaitu gerakan dimana satu jari tangan dalam posisi nyekithing di samping telinga, sementara jari tangan satunya posisi rapat di depan kening.
  9. Ulap-ulap, yaitu menggerak-gerakkan jari tangan di atas kepala.
  10. Ukel, yaitu memutar pergelangan tangan.
  11. Tawing-Taweng, yaitu posisi salah satu tangan di samping telinga dengan jari tangan rapat menghadap ke bawah, sementara ibu jari menghadap ke atas.
  12. Seblak sampur, yaitu gerakan tangan memegang pangkal kain sampur dari arah dalam, lalu mengurutkannya hingga ujung sampur sambil diluruskan ke samping sejajar lambung.
  13. Kebyok, yaitu mengentakkan sampur ke arah dalam sehingga melilit lengan.
  14. Kebyak, yaitu mengentakkan sampir dari posisi kebyok ke arah luar.
  15. Debeg, yaitu gerakan menghentakkan ujung telapak kaki dengan ditumpu oleh tumit.
  16. Gejug, yaitu menjatuhkan ujung kaki ke belakang.
  17. Napak, yaitu sikap saat melangkah.
  18. Kengser, yaitu gerakan ke kiri dan ke kanan dengan hanya menggeser kedua telapak kaki secara bergantian antara ujung kaki dan tumit.
  19. Srisig, yaitu gerakan lari kecil dengan berjinjit.
  20. Tanjak, yaitu posisi berdiri dengan kaki kanan serong ke kanan di depan kaki kiri.
  21. Trecet, yaitu gerakan ke kiri dan ke kanan dengan posisi kaki tanjak, lutut ditekuk, dan telapak kaki jinjit.
  22. Mendak, yaitu sikap berdiri dengan kedua lutut ditekuk sesuai dengan telapak kaki.
  23. Lumaksono, yaitu gerakan kaki sebagaimana orang berjalan.
  24. Laku telu, yaitu gerakan kaki seperti lumaksono, namun dilakukan tiga langkah.
  25. Udal rikma, yaitu gerakan seperti orang menyisir rambut.
  26. Besut, yaitu gerakan menarik kaki kanan yang awalnya terbuka selebar bahu menjadi serong ke kanan sejajar dengan kaki kiri.
  27. Kawilang ogek lambung, yaitu gerakan perut ke kanan dan kek kiri.
  28. Lilingan, yaitu gerakan seperti lumaksono namun dengan arah memutar.
  29. Nggroda, yaitu gerakan sikut siku ditekuk dengan pergelangan tangan menghadap badan.
  30. Nyempurit, yaitu posisi ibu jari bertemu dengan ujung jari telunjuk.
  31. Ledhang, yaitu gerakan tangan melambai seperti orang berjalan.
  32. Ukel karno, yaitu gerakan memutar pergelangan tangan di samping telinga.
  33. Ukel pakis, yaitu memutar pergelangan tangan di depan perut.

Ketika tarian Gambir Anom ini dipertunjukan dalam acara penghormatan, ada kalanya penari akan mengalungkan kain sampur pada tamu agung tersebut. Hal ini berarti penari tersebut mengajak tamu kehormatan untuk ikut menari bersama.


Baca juga: Tari Lengger (Topeng Lengger), Kesenian Topeng khas Wonosobo


Properti Tarian Gambir Anom

properti tarian
tugassenbud.blogspot.com

Berdasarkan latar cerita yang disajikan, maka properti yang digunakan tidak jauh dari nuansa pewayangan.

Properti yang dikenakan oleh penari tergolong unik, yaitu berupa kostum tokoh pewayangan ditambah dengan sebuah kain sampur sebagai propertinya.

Sementara dalam pertunjukannya, tarian ini juga diiringi dengan alat musik Gamelan Jawa khas Yogyakarta.


Baca juga: Tari Tayub, Menelusuri Eksotisme Tarian Pergaulan dari Blora


 

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *