Mengulas keunikan dan ciri khas tari Glipang, mulai dari sejarah, makna filosofis, gerakan, hingga properti yang digunakan.
Salah satu kesenian dari Probolinggo, Jawa timur, yang masih eksis hingga saat ini adalah tari Glipang. Tarian ini terkenal dengan bentuk gerakan yang patah-patah dan memadukan unsur Islami di dalamnya.
Berikut ini adalah penjelasan lengkap seputar sejarah, gerakan, filosofi, hingga properti tarian.
Sejarah Tari Glipang

Uniknya, asal usul kemunculan kesenian tari Glipang sangat berkaitan antara dua daerah yang berbeda, yaitu Madura dan Probolinggo. Selain itu, kesenian ini juga mengandung unsur Islam dan bahasa Arab dalam penamaannya.
Setiap kesenian memang selalu mengandung sejarah yang menarik di baliknya. Berikut beberapa poin menarik yang berkaitan dengan asal usul dan sejarah perkembangan kesenian tari Glipang.
1. Antara Probolinggo dan Madura
Jika kamu penasaran dengan asal tarian ini, kamu akan menemukan dua jawabannya, yakni antara Probolinggo dan Madura. Menurut sejarahnya, tarian ini diciptakan oleh orang Madura. Namun, kini tari Glipang termasuk ke dalam kesenian tradisional Kabupaten Probolinggo Jawa Timur.
2. Diciptakan oleh Mandor Tebu
Pencipta tarian ini adalah seorang pemuda yang berasal dari Madura bernama Seno Truno. Dia pindah ke Probolinggo lalu menciptakan tarian ini yang kemudian terkenal di Probolinggo. Dulunya, Seno Truno adalah seorang mandor di pabrik tebu pada masa penjajahan Belanda.
3. Diambil dari Bahasa Arab
Glipang adalah nama serapan dari kata bahasa Arab, yaitu gholiban yang memiliki arti kebiasaan. Penyerapan nama ini disebabkan pengaruh Islam yang kuat di Desa Pendil, Probolinggo. Dengan begitu, tarian yang diciptakan Seno Truno ini mendapatkan penerimaan di desa tersebut.
4. Sempat Ditentang Masyarakat
Masyarakat Desa Pendil saat itu terdiri dari muslim yang taat. Mereka meyakini bahwa musik gamelan yang digunakan sebagai pengiring tari tidak boleh didengarkan. Untuk itu, Seno Truno menggunakan unsur musik yang Islami dan nama yang berasal dari bahasa Arab.
Baca juga: Reog Ponorogo, Mengupas Keunikan, Makna, dan Sejarah di Baliknya
Makna Filosofis Tari Glipang

Di samping sejarahnya yang panjang, kesenian ini juga menghadirkan berbagai makna dan nilai-nilai penting dalam masa penjajahan di Nusantara. Berikut beberapa makna yang dapat diambil dari kesenian tari Gipang.
Makna Perlawanan
Seno Truno yang menciptakan tarian ini bekerja sebagai mandor pabrik tebu di bawah kekuasaan kolonial Belanda. Karena perlakuan para koloni tersebut, ia berhenti bekerja kemudian menciptakan tarian ini sebagai bentuk perlawanan terhadap penjajahan yang terjadi.
Untuk itu, kamu akan menemukan bahwa tarian ini berkarakter sangat gagah. Para penari melakukan gerakan yang patah-patah mirip seorang prajurit yang taat terhadap atasannya. Di banyak gerakannya, terdapat juga unsur gerakan silat yang biasa diartikan sebagai bentuk perlawanan terhadap penjajahan.
Makna Pertemuan
Salah satu bentuk tarian Glipang, yakni tari Papakan, memiliki arti tentang dua orang yang lama berpisah, kemudian bertemu kembali. Tarian ini menceritakan kisah tentang Anjasmara dan Damarwulan. Untuk itu, tarian yang satu ini sering dipakai di acara hiburan masyarakat Probolinggo.
Pola Lantai Tari Glipang
Para penari tarian ini adalah lelaki-lelaki yang gagah. Tari Glipang dibawakan dengan menggunakan pola lantai baris, sehingga jejernya nampak seperti jejer para prajurit. Pola lantai ini tidak berubah sejak awal tari dibawakan hingga selesai.
Baca juga: Tari Topeng Malangan, Menyoal Sejarah, Makna, dan Karakteristiknya
Gerakan Tari Glipang

Gerakan tari Glipang juga menawarkan keunikan dan ciri khas sendiri di antara berbagai tarian daerah yang berkembang di Jawa Timur. Berbagai keunikan tersebut dapat dilihat dari rincian gerakan sebagai berikut.
1. Ngrayung
Ngrayung adalah gerakan dasar posisi tangan pada tarian ini. Ngrayung memiliki nama lain ngruji pada tarian Jawa. Posisi empat jari kecuali ibu jari dirapatkan. Sementara posisi ibu jari masuk ke bagian dalam telapak tangan. Hampir separuh tarian ini, posisi tangannya adalah ngrayung.
Ngrayung dilakukan oleh kedua tangan dan diposisikan di depan dada, kemudian salah satu tangan mengibas selendang ke belakang diikuti salah satu kaki yang maju ke depan. Gerakan ini dilakukan bergantian kiri dan kanan dalam masing-masing hitungan gerak.
2. Boyo Mangap
Boyo mangap memiliki gerakan yang hampir sama dengan ngruji. Bedanya, ibu jari tidak menempel pada telapak tangan. Boyo mangap mengambil makna dari boyo yang artinya buaya dan mangap yang artinya terbuka. Gerakan ini masih termasuk ke dalam gerakan dasar tangan.
Cara melakukan gerakan yang satu ini adalah dengan mengarahkan posisi tangan ke atas, kemudian ke samping badan sambil mengibas selendang. Saat gerakan dilakukan menghadap ke kiri, maka kaki kanan maju saat tangan ke atas lalu dimundurkan kembali saat tangan ke samping bawah.
3. Gejug Kaki
Gejug kaki adalah gerakan yang menghentakkan kaki bagian depan saat diangkat. Saat kaki kanan maju jalan, kaki kiri diangkat lalu dihentakkan. Begitu juga saat kaki kiri yang maju, maka kaki kanan yang akan dihentakkan. Masing-masing gerakan dilakukan dalam satu kali hitungan.
4. Malang Kerik
Ragam gerak yang satu ini dilakukan dengan cara menempatkan tangan pada kedua sisi pinggang, sementara badan berdiri dengan tegak. Biasanya penari melakukan ini sambil mengibaskan selendangnya dengan pelan sambil melakukan jalan memutar.
5. Jengkeng
Jengkeng adalah sebuah posisi yang penarinya duduk di lantai. Namun, kedua kakinya berada di depan dengan lutut yang ditekuk. Lutut kiri berada lebih rendah daripada lutut kanan, sementara posisi tangan kanan melakukan boyo mangap tepat di depan dada.
6. Sembahan
Sembahan adalah gerakan lanjutan dari posisi jengkeng. Tangan kiri melakukan boyo mangap, sementara tangan kiri memainkan selendang yang menjuntai di lantai. Dalam 4 hitungan, selendang diletakkan kembali di lantai, lalu 4 hitungan berikutnya tangan diangkat tanpa selendang.
Dalam 4 hitungan berikutnya, penari perlu menarik selendangnya ke lutut kiri. Lalu di hitungan 4 berikutnya selendang dikibaskan ke arah belakang. Sesudahnya, penari akan menangkup tangan seperti posisi menyembah. Tangkupan tangan diikuti posisi kepala yang menunduk.
7. Nggelap
Gerakan ini juga ada pada tari Glipang. Nggelap merupakan gerakan saat penari harus berlari-lari seperti dalam sebuah pentas drama. Mereka akan mengejar satu sama lain dan gerakan dilakukan dengan gerakan yang gagah. Nggelap menyadur dari gerakan tari Topeng.
8. Nggegem
Nggegem adalah satu gerakan tangan yang ada di tarian ini. Posisi ini sering juga disebut sebagai nggegeman. Gerakannya adalah dengan menggenggamkan tangan. Sementara posisi ibu jari tepat berada di depan telunjuk. Biasanya, gerakan ini dilakukan sambil membuang sampur ke belakang.
9. Junjungan
Gerakan ini mengharuskan penari untuk mengangkat kaki kirinya. Kaki kiri diangkat hingga sejajar sehingga kaki kanan perlu menjaga keseimbangan. Posisi tangan saat junjungan adalah ngruji. Tangan kiri ngruji lurus ke samping, sementara tangan kirinya bergerak ke depan badan.
10. Kidungan
Tarian ini memang menyatukan seni tari dengan silat. Untuk itu, ada gerakan yang sama dengan silat yaitu kidungan. Kidungan adalah gerakan dengan mengangkat kedua tangan ke atas, sementara posisi kaki tetap rapat. Kidungan biasanya dilakukan sebelum gerakan sembahan.
Baca juga: Kesenian Bantengan, Menelusuri Kesenian Daerah Mojokerto
Properti Tari Glipang

Properti yang digunakan dalam tarian daerah memang turut memberikan ciri khas tersendiri. Begitu pula pada tari Glipang, beberapa properti yang ditampilkan juga memberikan keunikan tersendiri.
1. Baju Piyama
Salah satu ciri khas dari tarian ini adalah mengenakan baju piyama. Hal ini disebabkan makna tari yang menggambarkan kehidupan sehari-hari. Namun dalam berbagai kesempatan, baju yang dikenakan penari adalah baju khas Madura dengan warna strip merah dan putih.
2. Sorban
Properti penari yang harus digunakan adalah sorban. Nah, sorban adalah unsur Islam yang dimasukkan ke dalam tarian, sehingga tarian ini bisa diterima oleh masyarakat Islam pada waktu pertama kali diciptakan.
3. Sampur
Sampur yang dikenakan oleh penari diletakkan di bahu. Sampur yang digunakan biasanya berwarna merah yang terang. Dalam beberapa gerakan, sampur digunakan untuk digibaskan atau diikat di bagian pinggang para penari.
4. Alat Musik
Karena gamelan dulu dilarang yang disebabkan alasan tidak Islami, maka properti gamelan tidak ada dalam tarian Jawa ini. Beberapa alat musik yang digunakan di antaranya adalah ketipung, jidor, seruling, sarempoh, tongtong, dan kecrek.
***
Meski sejarahnya tak sepanjang tarian lain, tari Glipang diwariskan oleh anak cucunya Seno Truno hingga saat ini. Bahkan tarian menyebar ke daerah di sekeliling Probolinggo yakni Lumajang, Jawa Timur. Tarian telah menjadi identitas budaya khas daerah Probolinggo dan sekitarnya.