Tari Jaipong, Mengupas Keunikan Kesenian Karawang

Mengupas ciri khas dan keunikan Tari Jaipong sebagai kesenian khas masyarakat Sunda. Tidak banyak yang tahu bahwa asal usul tarian ini bermula di Karawang, bukannya Bandung.

Tari Jaipong atau Jaipongan merupakan sebuah jenis tari pergaulan khas masyarakat Sunda atau Jawa Barat. Asal usul tarian ini berasal dari Karawang, Jawa Barat, lalu ketenarannya dibawa dan dikembangkan oleh Gugum Gumbira di Bandung.

Pada artikel ini, kita akan membahawa secara mendalam tentang ciri khas, karakteristik, dan keunikan yang ditampilkan dalam pertunjukan Tari Jaipong. Mulai dari asal usulnya, sejarah, perkembangan, dan berbagai elemen penting lainnya.

Sejarah Tari Jaipong

tari jaipong
wikipedia.org

Barangkali di antara kita masih menyangka bahwa tari Jaipong berasal dari Bandung, secara kesenian ini memang sangat terkenal sebagai kesenian daerah Bandung.

Namun, mengutip dari ucapan Acep Jamhuri Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Dispudpar) yang kini telah menjabat Sekretaris Daerah (Sekda) Karawang, asal usul Tari Jaipong ternyata berasal dari Karawang.

“Jaipong itu asli Karawang. Lahir sejak tahun 1979 yang berasal dari tepak Topeng. Kemudian dibawa ke Bandung oleh seniman di sana, Gugum Gumilar. Akhirnya dikemas dengan membuat rekaman. Seniman-seniman Karawang dibawa bersama Suwanda. Ketika sukses, yang bagus malah Bandung. Karawang hanya dikenal gendangnya atau nayaga (pemain musik). Makanya sekarang kami di Disbudpar akan mencoba menggali kembali seni tari Jaipong bahwa ini seni yang sesungguhnya berasal dari Karawang”

Mengenai sejarahnya, kemunculan seni Jaipongan berasal dari Karawang, diciptakan melalui proses kreatif oleh tangan dingin H. Suanda sekitar tahun 1976.

Kesenian ini merupakan sebuah garapan yang menggabungkan beragam elemen seni tradisi Karawang, seperti: pencak silat, wayang golek, topeng banjet, Ketuk Tilu, dan sebagainya.

Sejak tahun 1976, seni Jaipongan mulai tumbuh pesat yang ditandai dengan diterbitkannya kaset rekaman Jaipongan SUANDA GROUP secara independen (tanpa label) yang didistribusikan secara swadaya untuk wilayah Karawang dan sekitarnya.

Tanpa disangka, seni Jaipongan memperoleh sambutan hangat dan apresiasi yang cukup besar di tengah masyarakat. Tarian ini menjadi fenomena baru dalam ruang seni budaya Karawang, khususnya seni pertunjukan hiburan rakyat.

Sejak itu, Tari Jaipong telah menjadi sebuah seni hiburan alternatif dari kesenian yang telah tumbuh lebih dulu, seperti: pencak silat, topeng banjet, ketuk tilu, tarling, dan wayang golek.

Dengan berbekal maksud untuk mengembangkan kesenian asal Karawang ke Kota Bandung, Tari Jaipong dibawa ke Bandung oleh seorang komposer Bandung, Gugum Gumbira.

Gugum Gumbira menciptakan sebuah karya musik dan tarian pergaulan yang digali dari kekayaan seni tradisi rakyat Nusantara, khususnya Jawa Barat.

Perhatian Gugum Gumbira pada kesenian tradisional yang salah satunya kesenian Ketuk Tilu, membuat dirinya mengenal dan memahami betul perbendaharaan pola-pola gerakan tari tradisi yang ada pada Kliningan atau Ketuk Tilu.

Gerakan-gerakan seperti: bukaan, pencugan, nibakeun, dan beberapa ragam gerak mincid dari kesenian tradisional menjadi sebuah inspirasi bagi dirinya dalam mengembangkan seni Jaipongan.


Baca juga: Tari Gambyong, Dari Jalanan Menjadi Tarian Keraton


Perkembangan Tari Jaipong

jaipong mojang priangan
Jaipongan Mojang Priangan /wikipedia.org

Karya seni Jaipongan pertama yang mulai dikenal oleh masyarakat adalah Tari Daun Pulus Keser Bojong dan Taru Rendeng Bojong. Kedua tarian ini merupakan jenis tari putri dan berpasangan putra-putri.

Melalui tari-tarian tersebut, muncul sejumlah nama penari Jaipongan handal seperti Tati Saleh, Yeti Mamat, Eli Somali, dan Pepen Dedi Kurniadi.

Nama Gugum Gumbira pun juga tak ketinggalan banyak dikenal masyarakat karena tersekspos di beberapa media cetak. Apalagi pada tahun 1980, Tari Jaipong mendapat tempat untuk dipentaskan di TVRI stasiun pusat Jakarta.

Dampaknya, frekuensi pertunjukan Tari Jaipong meroket, baik melalui media televisi, hajatan, ataupun perayaan-perayaan yang diselenggarakan pihak swasta dan pemerintah.

Dalam perkembangan selanjutnya, yaitu pada era 1980 sampai 1990-an, Gugum Gumbira menciptakan karya tari Jaipongan lainnya, seperti: Toka-Toka, Setra Sari, Sonteng, Pencug, Kuntul Mangut, Iring-Iring Daun Puring, Rawayan, dan Kawung Anten.

Melalui tari-tarian tersebut, muncul penari-penari handal baru antara lain: Iceu Effendi, Yumiati Mandiri, Miming Mintarsih, Nani, Erna, Mira Tejaningrum, Ine Dinar, Ega, Nuni, Cepy, Agah, Aa Suryabrata, dan Asep.

Gerakan Dasar Seni Jaipongan

gerakan jaipong
made-blog.com

Dalam Tari Jaipong, terdapat gerakan dasar yang menjadi pedoman dari seluruh ragam gerak tarian. Secara garis besar, gerakan dasar tersebut antara lain:

a. Gerakan Pinggul

  1. Geol, yaitu gerakan yang fokus pada bagian pinggul.
  2. Gitek, yaitu gerak ayunan pinggul yang disertai hentakan.
  3. Goyang, gerakan pinggul tanpa disertai hentakan.

b. Gerakan Tangan

  1. Ukel, yaitu gerakan tangan dengan memutar pergelangan baik ke dalam maupun keluar.
  2. Selut, gerakan tangan, baik kanan maupun kiri, yang digerakkan ke atas, ke bawah, atau ke depan secara bergantian.
  3. Tepak bahu, yaitu gerakan menepuk bahu, baik bahu sebelah kiri atau kanan, seara bergantian.
  4. Capang, yaitu gerakan membengkokan salah satu tangan, baik tangan kanan ataupun kiri.
  5. Nyawang, yaitu gerakan tangan yang menandakan sedang melihat sesuatu yang jauh di hadapan penari.
  6. Lontang kiri/kanan, adalah gerakan kedua tangan secara bergantian.

c. Gerakan Kepala

  1. Galier, yaitu gerakan memutar kepala.
  2. Gilek, yaitu gerakan menggoyang-goyangkan kepala ke kiri dan kanan.

d. Gerakan Kaki

  1. Duduk deku, yaitu gerakan melipat kedua bagian kaki ke arah dalam.
  2. Seser, gerakan menggeser kaki ke arah kanan atau kiri.
  3. Sirig, yaitu gerakan menggoyang-goyangkan kaki secara bersamaan.

Pola Gerakan Seni Jaipongan

Selain gerakan dasar di atas, ada juga pembagian gerakan lanjutan berdasarkan waktu dan fungsi yang menyertainya. Ada 4 jenis ragam gerak Tari Jaipong sebagai berikut:

  1. Bukaan, yaitu gerakan pembuka saat pertunjukan Jaipongan dimulai. Biasanya, penari Jaipong akan melakukan gerakan memutar dan memainkan selendang yang dikalungkan di lehernya.
  2. Pencugan. Sebuah ragam gerak tarian dengan tempo cepat dan diiringi musik yang juga bertempo cepat.
  3. Ngala, yaitu gerakan tarian patah-patah, dimana perpindahan dari titik ke berikutnya dilakukan dengan sangat cepat. Gerakan ini juga menjadi salah satu ciri khas yang menambah keunikan Tari Jaipong.
  4. Mincid. Gerakan ini adalah tahap perpindahan dari satu jenis gerakan ke gerakan yang lain. Biasanya, gerakan ini dilakukan setelah gerakan ngala.

Pola Lantai Tarian

Dalam setiap tarian daerah, pasti memilki pola lantai tarian yang bermacam-macam. Pola lantai ini juga turut memberikan nilai seni dan ciri khas tersendiri.

Ada berbagai macam pola lantai dalam tarian tradisional, di antaranya: pola lantai vertikal, pola lantai horizontal, pola lantai zig-zag, pola lantai diagonal, dan sebagainya.

Adapun pola lantai yang digunakan dalam kesenian Jaipongan adalah pola lantai lurus dan pola lantai zig-zag. Penerapan pola lantai tersebut juga menghasilkan gerakan yang dinamis dan menambah keunikan serta daya tarik tersendiri.


Baca juga: Tari Ketuk Tilu, Dari Upacara Adat Hingga Menjadi Kesenian


Properti Tari Jaipong

tari jaipong
adat-tradisional.blogspot.com

Dalam setiap pertunjukan tarian, salah satu elemen penting yang sangat berperan untuk menghidupkan suasana adalah properti ataupun kostum. Begitu pula pada kesenian Jaipongan, setidaknya ada 3 macam properti yang biasa digunakan dalam pertunjukan:

  1. Sinjang, yaitu celana panjang yang dikenakan penari Jaipong.
  2. Apok, yaitu baju atasan berupa kebaya yang terdapat pernak-pernik dan ornamen.
  3. Sampur, yaitu kain selendang yang dikalungkan di leher penari. Kain ini merupakan properti utama dalam Tari Jaipong karena setiap gerakan yang dilakukan selalu disertai dengan memainkan selendang tersebut.

Alat Musik Pengiring Tarian

musik jaipongan
ekspektasia.com

Selain properti, musik pengiring juga menjadi salah satu hal penting yang wajib dilibatkan dalam setiap pertunjukan tarian daerah. Dalam pertunjukan tarian daerah, tentu instrumen yang digunakan berupa alat-alat musik tradisional.

Musik Jaipong menjadi irama pengiring serta panduan tempo para penari. Suara kendang mendominasi dengan tempo musik yang cepat. Secara keseluruhan, jenis instrumen berikut inilah yang biasa terlibat dalam pertunjukan:

  1. Kendang atau gendang. Dalam pertunjukan Tari Jaipong, kendang menjadi alat musik yang berperan memberi ketukan bagi penari.
  2. Rebab. Sebuah alat musik pelengkap dalam seni Jaipongan. Alat musik ini terdiri dari tiga senar yang dimainkan dengan cara dipetik sehingga menghasilkan ritme yang dapat membuat tarian semakin hidup.
  3. Gong. Alat musik pukul ini sebagai pelengkap dalam pertunjukan Tari Jaipong. Alat ini menghasilkan suara dentuman keras yang ditabuh dalam hitungan tertentu.
  4. Kecrek. Sebuah alat musik perkusi yang juga seringkali digunakan dalam pementasan wayang kulit. Alat ini menghasilkan suara “crek-crek-crek” dan difungsikan sebagai aba-aba.
  5. Kecapi. Salah satu alat musik petik yang cukup terkenal di masyarakat Sunda.

Baca juga: Tari Topeng Cirebon, Dari Sejarah hingga Keunikannya


Fungsi Tari Jaipong

Kehadiran seni Jaipongan atau Tari Jaipong cukup memberikan kontribusi yang besar bagi para penggiat seni tari, yang sebelumnya kurang menaruh perhatian, untuk lebih aktif lagi dalam menggali jenis tarian rakyat.

Kemunculan Tari Jaipong juga dimanfaatkan oleh para penggiat seni tari untuk menyelenggarakan kursus-kursus tari Jaipongan. Selain itu, kesenian ini juga dipergunakan oleh pengusaha pub-pub malam untuk memikat tamu undangan.

Dewasa ini, seni Jaipongan bisa disebut sebagai salah satu ikon kesenian Jawa Barat. Hal ini ditunjukkan pada dilibatkannya seni Jaipongan dalam berbagai acara penting sebagai sambutan bagi kunjungan tamu dari negara asing ke Jawa Barat.

Demikian juga dengan misi-misi mempromosikan kesenian daerah ke mancanegara yang selalu melibatkan kesenian Tari Jaipong.

Tradisi Jaipongan juga telah banyak memengaruhi berbagai kesenian lain yang ada pada masyarakat Jawa Barat, baik pada seni pertunjukan wayang, degung, genjring, kacapi Kaipongan, hingga musik dangdut modern.


Baca juga: Reog Ponorogo, Mengupas Keunikan, Makna, dan Sejarah di Baliknya


Referensi:

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *