Menelusuri kesenian khas Wonosobo, tari Lengger (Topeng Lengger) yang unik nan sakral.
Berbicara seputar kesenian tari Lengger, perlu diketahui bahwa ada perbedaan mendasar antara tari Lengger yang berasal dari Wonosobo dengan kesenian Lengger dari Banyumas.
Dalam kesenian Banyumasan, istilah Lengger lebih merujuk pada kesenian Lengger Lanang, yaitu kesenian ronggeng asli Banyumas yang diperankan oleh kaum laki-laki yang didandani seperti penari perempuan.
Namun pembahasan kali ini bukan mengenai Lengger Lanang Banyumasan, melainkan Tari Lengger Wonosobo.
Tari Lengger Wonosobo juga dikenal dengan Tari Topeng Lengger yang merupakan tarian tradisional yang sudah sangat lama dikenal di Jawa Tengah.
Daftar Isi
Asal Usul dan Sejarah Tari Lengger

Menurut Wikipedia, tari Topeng Lengger merupakan turunan dari tari Tayub sehingga tarian ini juga dikenal dengan Tayub Topeng.
Dimana dalam perkembangannya, tarian ini dirintis kembali di Dusun Giyanti, Kecamatan Selomerto, Kabupaten Wonosobo, oleh seorang tokoh kesenian bernama Bapa Gondowinangun sekitar tahun 1910.
Selanjutnya antara tahun 1960-an, tarian ini dikembangkan lagi oleh Ki Hadi Soewarno.
Dalam referensi sejarah yang lain, kemunculan tari Topeng Lengger juga berkaitan dengan perjalanan Sunan Kalijaga yang menyebarkan Islam melalui kesenian lokal.
Konon, tari Lengger diciptakan oleh Sunan Kalijaga sebagai alat untuk mendakwahkan Islam di tanah Jawa.
Pada masa itu, dalam setiap pertunjukan tari Topeng Lengger selalu diselipkan nilai-nilai ajaran agama Islam.
Dari maraknya kesenian tari Topeng Lengger ini juga, Sunan Kalijaga membangun sebuah tempat ibadah yang diberi nama dengan Langgar.
Secara filosofis, kata lengger berasal dari lenggeran yang merupakan kependekan dari “elinggo ngger marang gusti pangeran”, berarti “ingatlah nak kepada sang pencipta”.
Baca juga: Tari Gambyong, Dari Jalanan Menjadi Tarian Keraton
Cerita dalam Kesenian Topeng Lengger

Tari Topeng Lengger merupakan tarian berpasangan dalam pertunjukannya. Secara istilah, Kata topeng merujuk pada seorang pria, sementara lengger merupakan wanita.
Tari Topeng Lengger bercerita tentang kisah asmara antara Galuh Candra Kirana dan Panji Asmoro Bangun.
Galuh Candra Kirana merupakan putri dari Prabu Lembu Ami Joyo yang kala itu tengah memimpin Kerajaan Jenggolo Manik.
Sementara Panji Asmoro Bangun adalah putra dari Prabu Ami Luhur yang memimpin Kerajaan Cenggolo Puro.
Pada masa itu, kedua kerajaan ini berniat untuk mempererat hubungan dengan cara menikahkan kedua anak mereka.
Namun sayangnya, perjodohan tersebut gagal lantaran usaha Galuh Ajeng, anak Prabu Lembu Ami Joyo dari salah seorang selirnya.
Karena gagal, Galuh Candra Kirana pun memutuskan keluar dari kerajaan dan menyamar menjadi seorang penari lengger.
Suatu ketika, kelompok tari lengger Galuh Candra Kirana diundang untuk tampil di Kerajaan Cenggoro Puro oleh Panji Asmoro Bangun.
Ketika tampil di depan tunangannya tersebut, Galuh Candra Kirana pun menyingkap penyamarannya.
Kecantikan Galuh Candra Kirana membuat Panji Asmoro Bangun jatuh cinta seketika. Keduanya pun akhirnya menikah kemudian.
Baca juga: Tari Beksan Wireng, Dari Jenggala Kediri ke Mangkunagaran
Nuansa Sakral dalam Tari Topeng Lengger

Meskipun dalam perjalanan sejarah kesenian Topeng Lengger dipercaya pernah menjadi sarana dakwah Sunan Kalijaga, tarian ini kini telah menjadi tarian yang berkaitan dengan hal-hal mistis dan sakral.
Hal ini dapat ditunjukkan dari dilibatkannya sesajian dan ritual khusus yang dilakukan oleh seorang pawang dalam pembukaannya.
Jumlah topeng yang diperlukan dalam tarian ini sebanyak 120 buah, hal ini sesuai dengan jumlah tokoh dalam pewayangan. Meski begitu, tidak semua topeng dapat digunakan dalam pertunjukan.
Penentuan digunakan atau tidaknya topeng-topeng tersebut semua bergantung pada penimbal (pawang).
Dalam kesenian Topeng Lengger, peran penimbal sangatlah penting. Penimbal berperan seperti layaknya seorang dalang dalam pertunjukan wayang kulit.
Sebelum pertunjukan dimulai, penimbal akan melakukan ritual khusus dengan menyerahkan sesajian serta membaca doa agar pertunjukan dapat berjalan lancar tanpa ada gangguan dalam bentuk apapun.
Setelah itu, penimbal lalu mempersilakan para penari untuk masuk ke tempat pertunjukan.
Pada saat itulah penimbal akan menentukan topeng-topeng yang akan ditampilkan. Yang pasti, topeng tokoh Galuh Candra Kirana dan Panji Asmoro Bangun akan ditampilkan sebagai tokoh utama, serta topeng barong yang ditampilkan sebagai penutup.
Salah satu keunikan dalam tarian ini adalah setiap penari bisa saja memerankan tokoh yang berlawanan. Seperti contohnya, penari perempuan bisa saja memerankan tokoh laki-laki. Begitu pula sebaliknya, penari laki-laki bisa saja memerankan tokoh perempuan.
Meskipun tarian ini dianggap sebagai tarian yang sakral, tidak ada waktu tertentu untuk menggelar pertunjukan tarian ini. Kesenian Topeng Lengger dapat dipertunjukkan kapanpun dan di manapun.
Selain itu, penonton yang ingin menyaksikan tarian ini juga tidak dianjurkan memakai pakaian yang berwarna merah. Karena selama jalannya pertunjukan, para penari akan mengalami trance atau kerasukan dan mengejar siapapun yang memakai pakaian yang berwarna merah.
Baca juga: Tari Gambir Anom, Kesenian Klasik dari Surakarta
Pertunjukan Kesenian Topeng Lengger

Tarian ini biasa dipentaskan oleh sepasang laki-laki dan perempuan. Penari laki-laki mengenakan topeng, sedangkan perempuan memakai busana tradisional berupa kemben dan selendang serta didandani layaknya putri keraton zaman dahulu.
Pertunjukan tarian ini biasanya akan berlangsung sekitar 10 menit setiap babak dengan diiringi tabuhan gamelan berupa gambang, saron, kendang, gong, dan lainnya.
Referensi: